JAKARTA—Perserikatan Hidayatullah dengan jejaringnya yang luas baik regional maupun internasional, dipandang layak menjadi juru damai khususnya di Asia Tenggara atas beragam konflik horisontal yang masih kerap melanda kawasan ini. Hal itu mengemuka dalam acara seminar bertajuk “Hidayatullah Global Forum: Tranforming Charity Organizations Into Global Peacemakers”.
Acara dari rangkaian Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2018 itu menghadirkan pembicara Wakil Presiden İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı (İHH), Huseyin Oruc (Turki) dan Founder Dakwah Corner Bookstore Farid Ullah A. Hussin (Makkah).
Pembicara pertama Huseyin Oruc mengatakan peran penting yang bisa dilakukan Hidayatullah dalam sebagai upaya menciptakan perdamaian global. Diantaranya dia mendorong Hidayatullah memperkuat hubungan Hidayatullah dengan muslimin di regional Asia Tenggara dalam bentuk bantuan kemanusiaan, dialog, kunjungan dakwah ke berbagai tempat ke kawasan Asia Tenggara.
BACA JUGA: Hadir di Silaturahmi Nasional, Din Syamsuddin Puji Perkembangan Gerakan Dakwah Hidayatullah
“Dapat juga mengundang atau bekerjasama mengundang anak anak dari Pattani, Rohingya, Singapura, untuk belajar di Pesantren-pesantren Hidayatullah,” kata Huseyin yang juga wakil IHH sebagai pemantau perdamaian Mindanao, Filipina Selatan. Dia mendorong untuk membangun jaringan persaudaraan yang sangat kuat, saling membantu dan membela satu sama lain dalam satu komunitas besar umat Islam.
“Karena kita bagian dari umat ini, maka setiap kita punya hak bahkan berkewajiban untuk mewakili saudara-saudara kita yang kesusahan dan menyampaikan kesusahan mereka kepada orang lain.”
Husein Oruc menjelaskan bahwa misi bantuan dan kemanusiaan bukanlah hal yang mudah. Oruc juga mengabarkan tentang perkembangan proses perdamaian Bangsamoro di Mindanao Selatan dengan pemerintah Filipina. Sebagai pemantau perdamaian resmi di daerah konflik yang sudah berlangsung lima dekade atau konfilik terlama yang terjadi di Asia Tenggara, Huseyin mengabarkan bahwa pemerintah Filipina akan memberikan hak-hak Bangsa Moro.
“Sebentar lagi kita akan menyaksikan akan ada parlemen sendiri di kalangan bangsamoro sendiri, mengatur pemerintahan sendiri,” ujarnya.
Sedangkan Farid Ullah A. Hussin, pembicara kedua dalam acara yang bertujuan memperkuat hubungan Hidayatullah dengan saudara-saudara muslim di regional Asia Tenggara ini berbicara tentang kondisi muslim Rohingya yang sudah selama 70 tahun tidak punya kepastian tentang tanah dan hak-hak mereka.
“Semua lembaga hukum dan pengadilan internasional sudah punya pandangan hukum yang sama tentang apa yang telah terjadi di Rohingya sebagai sebuah kejahatan kemanusiaan. Tapi tak ada perubahan yang terjadi. Saya mengira mungkin karena dua faktor, karena sistemnya yang tidak berjalan dengan benar atau pada dasarnya Rohingya Muslim sudah tidak dianggap sebagai manusia yang memiliki hak manusia,” ujar Farid Ullah..
Selain itu, Farid Ullah menyampaikan tiga tuntutan Muslim Rohingya. Pertama, kepastian bisa kembali dengan aman. Kedua, pengakuan dan hak sebagai warga negara. Dan, ketiga, Perlindungan dan pengakuan dari bangsa internasional bahwa mereka dapat hidup dengan aman di tanahnya.
“Tuntutan itu hanya bisa dilakukan jika ada dukungan dari pihak internasional. Dan yang paling kami harapkan adalah dari negara-negara anggota ASEAN,” ujarnya menambahkan.
BACA JUGA: Ustad Bachtiar Nasir Nyatakan Bangga dengan Dai Hidayatullah
Di kesempatan lain, Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Dzikrullah W. Pramudya selaku penyelenggara acara Hidayatullah Global Forum menjelaskan peran yang dapat Hidayatullah lakukan dan tujuan acara ini. Hidayatullah akan berupaya membangun hubungan yang erat dengan saudara-saudara muslim di regional Asia Tenggara, sebagai upaya untuk berperan dalam perdamaian dunia.
Dzikrullah mengatakan forum ini bertujuan diantaranya untuk mendengarkan bagaimana kerja dan upaya mengentaskan problem di kawasan yang kira kira bisa berhubungan dengan apa yang selama ini menjadi concern Hidayatullah.
“Forum juga ini memberikan pandangan pandangan horizon kepada aktifis dakwah di Silatnas ini bahwa pekerjaan kita bukan hanya ada di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia. Dan kita bisa mengambil pelajaran kepada mereka yang telah lebih dulu mengerjakan seperti IHH,” kata Dzikrullah.
Selain itu, kata dia, Hidayatullah Global Forum akan menyambung silaturrahim dengan saudara saudara dari berbagai belahan dunia. “Tahun ini yang kita undang dari Turki dan Rohingya. Insya Allah dalam waktu waktu berikutnya kita akan mengundang tokoh tokoh lainnya,” katanya.
Dzikrullah mengemukakan, Hidayatullah Global Forum dikembangkan bukan hanya event lima tahunan, tapi terus dikembangkan menjadi event tahunan yang isinya akan dikembangkan menjadi hal yang diinginkan khususunya menyorot isu-isu di kawasan.
Pada kesempatan tersebut, IHH membuka kesempatan kepada pemuda pemudi Hidayatullah untuk menjadi relawan IHH di berbagai negara. IHH sendiri menyandang special consultative di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). []
LAPORAN: INA