JANGAN malu dengan masa lalu seburuk apapun itu, karena yang terpenting adalah bagaimana untuk berubah menjadi lebih baik, di masa sekarang dan untuk masa depan nantinya.
Justru yang harusnya malu itu ketika kita merasa nyaman dengan keburukan, tanpa ada usaha untuk mau berubah menjadi lebih baik.
Bukankah kita saksikan sejarah mencatatkan bagaimana masa lalunya Umar Ibn Khattab, masa lalunya Khalid ibn Walid, masa lalunya Abu Sofyan dan Hindun istrinya.
Sungguh hanya dengan memahami islamlah kemuliaan itu akan Nampak, keadilan dan perubahan hakiki itu akan terwujud.
Jelaslah Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kepada siapa saja hamba-Nya yang berkeinginan kuat untuk berubah, bukankah Allah itu bagaimana prasangka hamba-Nya.
Pintu Taubat dan Ampunan-Nya seluas langit dan bumi, tidakkah kita tergerak untuk menjemput Rahmat-Nya? Ataukah kita tetap Nyaman dengan keburukan hidup sekarang?
Hmmm… Masa lalu, tenanglah saudaraku, aku disini bersamamu, mari langkahkan hati, kokohkan niat menuju perubahan hakiki. Kebahagiaan dunia akhirat yang kita nanti.
Saudaraku, kesempatan itu masih ada, waktu itu masih tersisa, maka tidakkah kita tergiur untuk menyisakan nafas yang tersisa ini, dengan satu tujuan “hidup mulia di rindu surga.” []
SUMBER: MUTIARA ISLAM