Oleh: Eka Trisnawati
Pengajar dan Pemerhati Pendidikan
Â
MESKI sama-sama makhluk hidup, manusia ternyata berbeda dengan makhluk-makhluk hidup lainnya di muka bumi ini. Mengapa? Karena manusia diberi bekal akal yang tidak Allah berikan pada selainnya.
Akal untuk berfikir, mencari tahu, menimbang dan memutuskan apa yang mampu ia putuskan dalam mengarungi kehidupan dunia ini. Hal penting yang akan dilakukan akal adalah memikirkan keberadaanya di dunia ini.
BACA JUGA:Â Bermasalah dengan Suami? Jangan Kabur dari Rumah
Untuk apa ia diciptakan? Dari mana ia? Dan akan ke mana setelah meninggalkan dunia ini? Jawaban ini akan berkaitan erat bagaimana ia memandang setiap permasalahan hidup di dunia ini. Ingat pertanyaan di atas akan sangat berpengaruh.
Ingat tak ada masalah yang benar-benar masalah bagi mereka yang beriman pada Allah. Ya, mereka yang beriman yakin bahwa daun yang gugur di tengan hutan sekalipun tidak akan jatuh tanpa seizin dan sepengetahuan Allah. Apatah lagi dengan masalah hidup manusia.
Membahas masalah yang kebanyaan kita sebut dengan beban dalam kehidupan ini tidak akan ada habisnya, apalagi jika kita mengarahkan pandangan pada kehidupan di sekitar kita. Pasalnya setiap manusia memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam menghadapi setiap persoalan yang datang silih berganti.
Hidup selalu bergandengan dengan masalahnya, dan kita berusaha sekuat tenaga menyelesaikannya dengan memohon pertolongan dari Allah Ta’ala.
Setiap manusia memiliki beban dalam kehidupannya dengan beban yang berbeda-beda. Dan dengan tingkat yang berbeda pula. Maka tak pantas bagi yang lain menganggap bahwa yang lain lemah karena tak merasakan beban sebagaimana dirinya, pun tak baik menganggap dirinyalah yang paling terbebani dalam hidup ini. Mengapa? karena setiap manusia memiliki beban yang berbeda dalam kehidupan ini.
Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun). Demikian pesan Allah dalam Al Quran.
BACA JUGA:Â Paling Tidak, Kita Jangan Jadi Beban bagi Orang Lain
Jadi setiap beban yang kita pikul adalah cara Allah menilai diri kita. Allah memberikan beban itu sesuai tingkat keimanan seorang hamba. Maka jangan bersedih karena beban yang kita pikul. Berbahagialah karena baban itu adalah tanda Allah mencintai dan sedang memperhatikan kita.
Jika kita memandang bahwa kita diciptakan oleh Allah untuk beribadah padaNya, maka sabarlah atas beban yang sedang Allah berikan pada kita karena mengharap ridha dariNya dan mengharap pahala tanpa batas dariNya. Karena Allah tidak membebankan sesuatu kecuali Allah akan balas dengan pahala yang lebih baik. InsyaaAllah. []
Â
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.