islampos.com—MENARIK saat Imam an-Nawawi memasukkan satu hadits pendek ke dalam kumpulan Hadits Arba’in, hadits-hadits pilihan yang memuat 42 hadits. Setelah dicermati ternyata hadits pendek ini memiliki makna luar biasa, untuk hidup lebih bermakna, lebih baik untuk untuk dunia dan akhirat.
Berikut bunyi hadits yang dimaksud, diriwayatkan dari Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib -cucu Rasulullah saw dan kesayangannya ra, dia berkata, aku telah hapal sabda dari Rasulullah saw, “Tinggalkan yang kamu ragukan, dan ambilah yang tidak ragukan (meyakinkan).” (HR. Tirmidzi dan an-Nasa’i, hadits hasan shahih)
Kedudukan hadits tersebut sangat urgen. Karena menyangkut beberapa perkara utama untuk kehidupan seorang muslim. Ia juga sebagai panduan untuk menikmati hidup, hidup bahagia, tanpa keraguan dan penuh keyakinan. Tepat, Imam an-Nawawi memilih hadits ini dalam kumpulan hadits-hadits pilihannya, Arba’in an-Nawawi.
Rasulullah saw mengajarkan umatnya untuk “tinggalkanlah keraguan”. Dalam arti, kesampingkan, jangan memilih yang meragukan, jauhi yang galau, yang membuat bimbang, gelisah, risau, dan masih samar. Rasul saw tercinta meminta kita beralih, memilih sesuatu yang tidak melahirkan keraguan bagi, yang membuat kita yakin.
Syaikh Abul ‘Ala al-Mubarkafuri menjelaskan hadits ini dengan menyatakan, “Tinggalkan apa saja yang meragukanmu, baik berupa perbuatan dan perkataan, ragu apakah sesuatu itu baik atau tidak, dilarang atau tidak, sesuai syariat atau tidak. Lalu ambillah, pilihlah sesuatu yang tidak engkau ragu di antara keduanya. Dan hendaknya seorang muslim dapat melaksanakan urusannya di atas keyakinan yang murni dan pemikiran yang mendalam untuk sampai pada keyakinan, dan menjadikannya di atas mata hati yang tajam pada agamanya.” (Tuhfah al-Ahwadzi, vol. 7, hlm. 221)
Sejatinya Islam merupakan agama yang meyakinkan, dan menjunjung keyakinan. Keberadaan Allah swt (tauhid) adalah meyakinkan. Karena itu, dalam berhubungan dengan Islam, berinteraksi dengan-Nya harus penuh keyakinan, dan membuang yang meragukan. Komponen ajaran Islam tanpa keraguan, di antaranya dapat kita lihat dari beberapa hal berikut.
1. Dasar iman bermula dari komponen hati, dan bermakna yakin tanpa ragu. Iman terhadap rukun iman dengan bercampur ragu, maka bisa membatalkan keimanan. Karena itu, saat setan datang untk membuat keraguan dalam keimanan, Rasul saw menganjurkan kita menyingkirkannya dengan mengucapkan, “Amantu billahi wa ‘ala millati Rasulillah.” Aku telah beriman kepada Allah dan berdasar pada agama yang dibawa Rasulullah saw.
2. Dalam beramal, seorang muslim hendaknya beramal berdasarkan keyakinan, berjalan di atas keyakinan, menerima dan menolak dengan keyakinan pula. Pasalnya, dasar dari keyakinan adalah ilmu. Sementara keraguan dan persangka tidak membawa sedikit pun pada kebenaran. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya persangkaan itu tidaklah sedikit pun membawa pada kebenaran.” (QS. Yunus (10): 36)
Demikian pula, saat masih ragu dalam menentukan pilihan, kita pun diperintahkan melaksanakan shalat istikharah, shalat memohon penetapan yang meyakinkan, buang keraguan. Perhatikan bagaimana Imam ath-Thabari sebelum menulis kitab Tafsirnya, Jami’ al-Bayan fi Ta`wil Aiy al-Qur’an, ternyata beliau mendawamkan shalat istikharah 3 tahun sebelum mulai menulis kitab yang lebih dikenal dengan kitab Tafsir ath-Thabari ini.
Sepatutnya kita juga, saat ragu dalam jodoh, usaha, atau apapun, datanglah kepada Allah swt, di antaranya dengan shalat istikharah, memohon pilihan, mohon ditetapkan, agar tidak ragu dan tidak salah, dan hidup dengan keyakinan.
3. Hadits ini memuat salah satu dasar dan kaidah yang besar dalam Islam, khususnya dalam dunia fikih, yaitu “al-Yaqinu la yuzalu bi asy-syak”, keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh keraguan. Keyakinan tidak dapat dikalahkan oleh keraguan, sebagaimana kepastian dari sebuah fakta tidak bisa dianulir dari asumsi.
Mengenai hal ini, Nabi saw menyatakan, “Jika salah seorang kalian mendapatkan sesuatu di perutnya dan merasa terganggu karenanya; apakah ada sesuatu yang keluar darinya atau tidak (buang angin), maka jangan dulu keluar dari masjid sampai dia mendengar suara atau adanya angin yang keluar.” (HR. Muslim)
Dalam hadits yang lain disebutkan, “Seorang mengeluh kepada Nabi saw seorang laki-laki yang menyangka bahwa dia merasakan sesuatu dalam shalat. Maka Beliau bersabda, “Jangan hentikan (shalat), sampai mendengar suara atau mendapatkan adanya angin yang keluar.” (HR. Bukhari)
4. Hadits ini juga memuat larangan menjatuhkan diri dalam perkara yang samar (syubhat). Paling tidak agar kita berhati-hati dalam perkara yang masih samar. Karena itu, Nabi saw mengingatkan, “Yang halal jelas dan yang haram jelas, dan di antara yang halal dan yang haram itu terdapat syubuhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perkara yang syubhat, maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya.” (HR. Bukhari)
Benar, kita lebih dapat merasakan indahnya hidup, bila dalam mencari rezeki, berusaha, makan, minum dari kita dapat yakit sumber, cara yang halal tak meragukan, jelas meyakinkan. Tanpa masuk dalam keadaan meragukan (syubhat). Layaknya seekor kucing, bila makan “tanpa wewenang”, masih meragukan, maka ia akan makan mengendap “mencuri” makan, karena takut ketahuan si empu makanan. Tapi kalau jelas pemberian, ia dengan tenang menyantapnya, karena ia berada dalam keyakinan ia diberi izin memakannya.
Ingatlah sabda Nabi saw, “Seorang hamba tidaklah sampai derajat takwa sampai dia meninggalkan sesuatu yang boleh karena kehati-hatiannya, khawatir menjadi sesuatu yang terlarang.” (HR. Tirmidzi)
Demikianah betapa indahnya, Allah swt melalui lisan Nabi-Nya, mendambakan kita menjadi hamba yang tidak peragu, meragukan, tapi menjadi sosok yang matang, yakin dan meyakinkan. Terlebih, sesuatu yang meragukan adalah sesuatu yang membuat hidup tidak tenang dan memunculkan rasa khawatir, dan menyesal kemudian.
Lalu, bagaiman solusi terhindar dari bayangan keraguan. Berikut di antara tipsnya,
1. Yakin dengan kehendak dan kuasa Allah swt.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengingatkan, “Saat hati galau, gundah gulana, khawatir, ragu, tidak ada tempat yang meyakinkan kecuali datang pada-Nya.”
2. Buang pikiran, enyahkan sesuatu yang dapat membuat hadir keraguan.
3. Minta perlindungan dari tipu daya setan yang senang kita hidup dalam keraguan
4. Melatih diri membangun self confidence, menjadi pribadi pede, ga minder.
6. Memilih teman ”yang meyakinkan”, yang punya kualitas dan performa dunia akhirat yang meyakinkan.
7. Tips teakhir, waspadalah dengan setan yang menyeru pada keraguan. Ada beberapa tipe setan yang konsen berusaha membawa kita hidup dalam keraguan, yaitu.
A. Setan Al-Walahan, Setan Spesialis Wudhu
Nabi saw bersabda, “Pada wudhu itu ada setan yang menggoda, disebut dengan Al-Walahan, maka hati-hatilah terhadapnya.” (HR. Ahmad)
Setan-setan spesialis ini beraksi di wilayah wudhu. Pekerjaannya fokus untuk menggoda orang-orang yang wudhu sehingga menjadi kacau wudhunya.
Di antara jurus meragukannya :
1. Mempermainkan niat. Sehingga sibuk mengulang-ulang lafazh niat. Saking sibuknya mengulang, ada yang rela ketinggalan rekaat untuk meng’eja’ niat.
2. keraguan ketika selesai berwudhu. Dibisikkan di hatinya keraguan keabsahan wudhunya. Agar mengulangi wudhunya, dan hilanglah banyak keutamaan seperti takbiratul pertama, maupun shalat jama’ah, dan berlebihan.
B. Setan Khanzab, setan spesialis shalat
Khanzab, setan spesialis yang mengganggu orang shalat, menempuh segala cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya.
Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.”
Beliau bersabda, “Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR. Ahmad)
Di antara jurus-jurusnya adalah :
1. Membuat ragu untuk mengulang niat (takut tidak sah).
2. Mengingatkan hal di luar shalat.
Nabi saw mengingatkan, “Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari berkata: ‘Ingat ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa-apa yang telah dia lupakan hingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah ia kerjakan,” (HR. Bukhari).
3. Ragu buang angin atau tidak.
Akhirnya, mari kita hidup dengan meyakinkan, buanglah yang meragukan. Karena betapa indahnya hidup dengan Islam yang meyakinkan, menjadi muslim yang meyakinkan, dan berbuat pada hal yang meyakinkan. Terlebih, keraguan itu membuat hidup tidak maksimal, menghambat berjuang dengan energy penuh. Semoga Allah swt menjadikan kita insan yang hidup meyakinkan untuk diri dan orang lain, dan dijauhkan dari sifat-sifat keraguan dan meragukan. Wallahu’alam.
____________________________________________________________________
H. Atik Fikri Ilyas, Lc, MA
Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo & Universitas Amer Abdel Kader Aljazair, mahasiswa program Doktoral Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta