SUMENEP–Meski pemerintah sudah mengucurkan banyak bantuan untuk kesejahteraan warga, namun ada warga tak mampu yang belum tersentuh. Salah satunya Dayyarah (82), warga Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep. Nenek berusia 82 tahun ini hidup sebatang kara. Ia menyambung hidup dengan membuat sapu lidi yang dijual Rp 1 ribu per ikat.
Dayyarah hidup di sebuah gubuk bambu berukuran kurang lebih 5 X 2 meter di Dusun Dikkodik, Desa Gapura Timur. Dalam kondisi yang sudah lanjut usia, ia mengaku hanya bisa membuat sapu lidi untuk menyambung hidup.
BACA JUGA:Â Gemas, Kucing Ini Khusyu Dengarkan Nenek Baca Alquran
“Setiap hari saya bikin sapu lidi sehari dapat satu. Kalau dua saya gak mampu,” kata Dayyarah (82), Senin (23/12/2019).
Sapu lidi tersebut biasanya dijual kepada pedagang langganannya dengan harga hanya Rp 1 ribu. Pedagang langganannya biasanya datang mengambilnya setiap seminggu atau dua minggu sekali.
Uang hasil menjual sapu lidi ia gunakan untuk membeli beras yang dicampur jagung biar dapat lebih banyak. Setiap hari Dayyarah memasak satu kali, satu cangkir beras jagung. Nasi tersebut kadang dimakan dengan ikan atau kadang hanya dengan mangga sebagai pengganti ikan.
“Tiap hari saya makan secangkir terus dimakan sama mangga sebagai pengganti ikan,” imbuhnya dengan berbahasa Madura.
Mendengar kisah nenek Dayyarah, Wakil Bupati Sumenep Ahmad Fauzi mengaku prihatin. Ia mengaku baru mendengar cerita hidup Dayyarah beberapa hari lalu. Yang membuat ia miris, Dayyarah tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
BACA JUGA:Â Hidup dari Memulung, Nenek 60 Tahun di Wajo Ini Hidup di Gubuk Berukuran Sekitar 2,3 Meter
“Dia tidak punya siapa-siapa jadi termasuk kategori terlantar mencari nafkah sendiri. Kalau dia sakit ini kan jadi persoalan. Mungkin ini akan menjadi PR ke depan bagaimana ada program khusus ke depan,” terang Ahmad Fauzi.
Fauzi berjanji akan terus memantau kondisi lansia yang hidup sebatang kara tersebut. Ia juga mengajak warga yang lain ikut memperhatikan dan melaporkan kepada pemerintah apabila melihat orang-orang yang hidup sebatang kara agar mendapat perhatian dan bisa hidup lebih layak. []
SUMBER: DETIK