BANYAK di antara kita di zaman ini, dengan banyaknya kesibukan, mengeluh tentang hati yang berkarat dan lalai. Padahal hidupnya hati yaitu dengan dzikir. Dalam shahih Muslim dari hadis Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan orang yang tidak berdzikir kepada Rabbnya seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR Bukhari: 6407).
Dalam lafadz Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpaan rumah yang diingat nama Allah padanya dan rumah yang tidak diingat nama Allah padanya seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” ( HR. Muslim: 779).
BACA JUGA: Cara Rasulullah Menghitung Dzikir
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya ‘Madaariju As-Saalikin’ dalam fasal ‘Kedudukan Dzikir’, “Diantara manzilah ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin.’ Adalah kedudukan dzikir. Ia adalah kedudukan kaum yang besar. Mereka berbekal darinya, berniaga dan terus merutinkannya. Dzikir adalah kiriman wali, barang siapa yang memperolehnya, ia akan terhubung dan barang siapa yang tidak mendapatkannya akan terpisah.
Dzikir adalah makanan hati bagi kaum, yang jika mereka meninggalkannya, jasad-jasad akan seperti kubur untuk mereka, rumah-rumah mereka akan rusak. Dzikir adalah penerang bagi hati, obat jika ia sakit, semakin tenggelam seorang pedzikir dalam dzikirnya, kian cinta kepadanya dan rindu untuk bertemu dengannya. Ia adalah pintu gerbang kepada Allah yang agung yang selalu terbuka antara Dia dan hamba-Nya, selama hamba tersebut tidak menutupnya dengan kelalaian.” (Madariju As Salikin: 2/423).
BACA JUGA: Engkau Sakit Jiwa karena Jauh dari Dzikir pada Allah
Sumber: Hadiah Indah Penjelasan Tentang Sunnah-Sunnah Sehari-hari/Karya: Abdullah Hamud al Furaih/Penerbit: Darussalam