Oleh: Aditya budi
Penulis dan Aktivis Lembaga Filantropi
adityabudi82@gmail.com
BERSUKACITALAH penuh syukur untuk kamu yang mulai ada gejolak dan dorongan dalam hati untuk senantiasa memelajari Dienul Islam ini secara lebih baik. Hijrah, begitulah khalayak ramai menyebutnya. Fenomena yang tak hanya mulai massif di kalangan para pemuda namun mulai juga merambah ke kalangan para artis.
Tak ada masalah apa musabab hijrahmu, selama itu mampu membuat dirimu lebih baik dalam beragama maka itu adalah kabaikan yang tiada terkira. Hijrahmu karena ustaz muda yang keren, hijrahmu karena sahabat di sekelilingmu yang tak henti-hentinya mengajak dalam kebaikan atau hijrahmu karena si dia yang mengecewakan hatimu. Tak mengapa.
BACA JUGA: Kenapa Harus Berhijrah?
Alasan itu semua tetaplah baik, namun cukuplah itu semua hanya sebatas “starting point” awal kamu berhijrah. Karena hijrah tak sesederhana itu, akan tiba saat badai uji di mana dirimu mulai futur, goyah akan nilai-nilai Islam yang baru-baru ini mulai kamu pelajari dan hayati.
Akan ada saat keistiqomahan dihantam goda dan uji. Celaan, cemoohan, kebaikan yang merasa tak terbalas dengan kebaikan pula ataupun doa yang merasa tak kunjung terkabulkan. Percayalah kamu hanya butuh Dia, tak butuh yang selain-Nya. Kebaikanmu akan tetap tercatat oleh-Nya. Maka tetaplah mendekat pada-Nya.
Lantas alasan apa yang terbaik, yaitu karena Allah semata. Mulailah bahwa kamu berubah semata-mata karena Allah. Yaitu ketika kamu tetap istiqomah akan ketaatan pada-Nya, akan amal-amal yang tetap kamu pertahankan meski senantiasa ada cela. Kekurangan dan kelemahan pasti akan selalu melekat pada diri manusia namun menguatkan diri memohon pertolongan-Nya adalah sebaik-baik jalan.
Mulailah berproses dari hijrahmu karena dia, karena teman, karena komunitas, atau karena ustadz tertentu menuju hijrah yang memang benar-benar karena Allah semata. Jadikanlah semua itu hanya wasilah (perantara) awal semata. Sungguh hijrahmu lebih mulia dari itu semua.
Karena hijrah adalah cinta tanpa syarat. Ya, cinta kepada-Nya secara tulus. Bukan berarti kita tak boleh mengharapkan apa-apa. Tapi itulah begitulah Islam ini diajarkan yaitu tentang cinta dan keridhaan-Nya yang utama.
Allah ingin agar kita tak berharap pada selain-Nya. Cinta adalah tingkat tertinggi dari sebuah keimanan. Karena kita cinta maka kita akan berusaha mengenal-Nya (ma’rifatullah). Dan puncak-Nya adalah keridhaan-Nya.
BACA JUGA: Hijrah Nabi, Mengapa ke Madinah?
Bahkan ridha lebih mulai daripada zuhud, mengapa? Maka ketika hal tersebut ditanyakan oleh Fudhail Bin Iyadh ra., maka beliau berkata “Sebab orang yang zuhud terhadap dunia (terkadang) masih menginginkan kedudukan di akhirat, sedangkan orang yang ridha kepada Allah hanya mengabdi kepada-Nya, tak lebih.”
Maka ridha-Nya adalah sebaik-baik tujuan kita berhijrah. Biarkan perihal tentang doa yang merasa belum terkabul atau hidup yang merasa tak kunjung membaik. Percayalah itu hanyalah perasaanmu semata, anugerah dan rahmat-Nya telah melimpah ada dalam dirimu. Wallahu’alam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.