ALQURAN diturunkan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Alquran merupakan mukjizat terbesar yang akan dijamin keasliannya hingga akhir zaman. Karena Alquran merupakan pedoman hidup manusia, maka Allah SWT memilih bahasa Arab sebagai bahasa Alquran agar bisa dipelajari untuk kemudian diamalkan untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Bahasa Alquran adalah bahasa Arab, bukan bahasa universal seperti yang diasumsikan oleh segelintir orang. Bahasa Arab dipilih Allah SWT sebagai bahasa Alquran karena punya banyak kelebihan dibandingkan dengan bahasa yang lain, yakni:
BACA JUGA: Cara Rasulullah SAW Membaca Alquran
Bahasa yang abadi
Para ahli sejarah bahasa sepakat bahwa sebuah bahasa itu tumbuh, berkembang dan punah bersama dengan eksistensi sebuah peradaban. Sehingga bahasa-bahasa di dunia ini banyak yang dahulu pernah dipakai banyak orang, tetapi pada generasi berikutnya, sudah tidak ada lagi orang memakai bahasa itu, karena peradabannya telah berganti.
Namun para ahli sepakat bahwa bahasa Arab merupakan pengecualian. Tidak hilang dari muka bumi meski telah berusia cukup tua. Ada sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa bahasa Arab telah digunakan di zaman Nabi Ibrahim as.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa Nabi Adam as pun berbahasa Arab sewaktu diturunkan ke muka bumi. Dasarnya, karena dalam salah satu hadits disebutkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa penghuni surga. Dan Adam itu penghuni surga sejak pertama kali diciptakan. Maka amat wajar dan masuk akal kalau ketika Adam diturunkan ke bumi, beliau masih menggunakan bahasa yang sebelumnya dipakai di dalam surga.
Lalu apa hubungannya bahasa Arab yang sudah berusia tua itu dengan pilihan bahasa Alquran?
Bolehlah kita berandai-andai, seandainya Alquran diturunkan oleh Allah dengan bahasa Inggris, maka kemungkinan besar dua ratus tahun kemudian orang tidak ada lagi yang bisa memahaminya. Karena bahasa Inggris itu mengalami perubahan mendasar, seiring dengan perjalanan waktu.
Jangankan bahasa Inggris, bahasa Sansekerta yang dahulu menjadi bahasa nenek moyang kita, hari ini sudah punah. Tidak ada yang bisa memahaminya dengan sempurna, kecuali hanya ahli bahasa. Itu pun dengan asumsi-asumsi yang belum tentu benar.
Seandainya Patih Gajah Mada hidup kembali di abad 21 ini, maka tak seorang pun yang mampu berbicara dengannya, lantaran kendala bahasa.
Kendala bahasa inilah yang tidak terjadi pada Alquran. Meski sudah turun sejak 14 abad yang lalu, bahasa Arab masih dipakai oleh ratusan juta umat manusia di muka bumi. Sehingga bangsa-bangsa yang berbahasa Arab, pada hakikatnya sama sekali tidak menemukan kesulitan untuk mengerti Alquran.
Kaya kosa kata
Salah satu kekuatan bahasa Arab adalah kekayaan kosa kata yang dimiliki. Meski bangsa Arab banyak yang tinggal di gurun pasir, namun bukan berarti mereka tertinggal dalam masalah seni dan budaya. Sebaliknya, justru orang-orang Arab yang tinggal di gurun itu punya kemampuan yang amat sempurna dalam mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata.
Boleh dibilang mereka umumnya adalah pujangga yang pandai merangkai kata. Dan rahasia keindahan sastra Arab terletak pada jumlah kosa katanya yang nyaris tak ada batasnya.
BACA JUGA: Ini Dia Arti Istilah Bahasa Arab yang Biasanya Digunakan di Sekitar Kita
Seorang ahli bahasa Arab pernah menjelaskan kepada Penulis, bahwa orang Arab punya 800 kosa kata yang berbeda untuk menyebut unta. Dan punya 200 kosa kata yang berbeda untuk menyebut anjing.
Dengan perbendaharaan kata yang luas ini, Alquran mampu menjelaskan dan menggambarkan segala sesuatu dengan lincah, indah, dan kuat tetapi maknanya tetap mendalam.
Bahasa yang lain bisa dengan mudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dan begitu diterjemahkan, ternyata maknanya semakin kuat. Contohnya adalah semua kisah para Nabi dan umat terdahulu diceritakan kembali oleh Allah SWT di dalam Alquran dalam ungkapan bahasa Arab.
Sebaliknya, seorang penerjemah profesional dengan jam terbang yang tinggi masih saja sering kebingungan untuk menterjemahkan berbagai ungkapan dalam bahasa Arab ke bahasa lain, dengan cara yang mudah dan rinci, tanpa harus kehilangan kekuatan maknanya.
Oleh karena itu, sesungguhnya kita tidak pernah bisa menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa lain, dengan tetap masih mendapatkan kekuatan maknanya. Selalu saja terasa ada kejanggalan dan kekurangan yang menganga ketika ayat-ayat Alquran diterjemahkan ke dalam bahasa lain. []
SUMBER: RUMAH FIQIH