DALAM perjalanan hidup, manusia sering kali melakukan dosa yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Banyak dari kita yang tidak menyadari kesalahan yang telah diperbuat, dan hanya sedikit manusia yang menyadari kesalahannya.
Sebenarnya, kesalahan-kesalahan tersebut dapat kita hindari dengan berintrospeksi diri. Kebanyakan orang dengan angkuhnya tidak mau mengoreksi kesalahan yang telah dilakukannya, dan tetap pada pendirian bahwa semua itu adalah kebenaran.
Sejatinya tidak semua perbuatan itu benar, terkadang banyak sekali perbuatan yang harus dihindari karena hanya mengikuti hawa nafsu belaka.
Tanpa disadari, ternyata dengan melakukan introspeksi diri, itu akan melahirkan banyak hikmah yang luar biasa bagi diri sendiri. Berikut penjelasannya.
Pertama, Musibah terangkat dan hisab diringankan.
Hikmah yang akan didapat oleh seseorang yang suka berintrospeksi diri adalah terangkatnya musibah dan hisab akan diringankan ketika hari kiamat kelak.
Seperti yang di katakan Umar radhiallahu anhu dalam H.R Tirmidzi:
“Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia”(H.R Tirmidzi).
Setelah seseorang menyadari bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan yang melenceng dari agama Allah, maka jalan keluarnya yakni kembali ke jalan Allah lewat introspeksi diri dan taubat sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Apabila kamu berjual beli dengan cara inah (riba), mengambil ekor-ekor sapi (berbuat zhalim), ridha dengan pertanian (mementingkan dunia) dan meninggalkan jihad (membela agama), niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Dia tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada ajaran agama”.
Disebutkan dalam riwayat lain, dengan lafadz: “Hingga mereka mengoreksi pelaksanaan ajaran agama mereka”. (Shahih. H.R. Abu Dawud).
Kedua, Hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia.
Dalam sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud disebutkan, “Suatu ketika seorang raja yang hidup di masa sebelum kalian berada di kerajaannya dan tengah merenung. Dia menyadari bahwasanya kerajaan yang dimilikinya adalah sesuatu yang tidak kekal dan apa yang ada di dalamnya telah menyibukkan dirinya dari beribadah kepada Allah. Akhirnya, dia pun mengasingkan diri dari kerajaan dan pergi menuju kerajaan lain, dia memperoleh rezeki dari hasil keringat sendiri. Kemudian, raja di negeri tersebut mengetahui perihal dirinya dan kabar akan keshalihannya. Maka, raja itupun pergi menemuinya dan meminta nasehatnya. Sang raja pun berkata kepadanya,
“Kebutuhan anda terhadap ibadah yang anda lakukan juga dibutuhkan oleh diriku”. Akhirnya, sang raja turun dari tunggangannya dan mengikatnya, kemudian mengikuti orang tersebut hingga mereka berdua beribadah kepada Allah azza wa jalla bersama-sama” (Hasan. HR. Ahmad).
Ketiga, Memperbaiki hubungan di antara sesama manusia.
Ternyata introspeksi diri itu memiliki hikmah untuk memperbaiki hubungan di antara sesama manusia. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai.” (Sanadnya shahih. HR. Ahmad).
Keempat, Terbebas dari sifat nifak.
Hikmah yang terakhir dari introspeksi diri adalah dapat terbebas dari sifat nifak. Ibrahim at-Taimy mengatakan: “Tidaklah diriku membandingkan antara ucapan dan perbuatanku, melainkan saya khawatir jika ternyata diriku adalah seorang pendusta (ucapannya menyelisihi perbuatannya).”
Selain Ibrahim at-Taimy, Ibnu Abi Malikah juga berkata: “Aku menjumpai 30 sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, merasa semua mengkhawatirkan kemunafikan atas diri mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan bahwa keimanannya seperti keimanan Jibril dan Mikail.” (H.R. Bukhari).
Sudah sepantasnya kita menyadari kesalahan dan memperbaikinya di kemudian hari agar Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya. [Nabila/Islampos]