TERDAPAT Hikmah hijab bagi muslimah.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab: 59)
Ayat tersebut memerintahkan penggunaan jilbab bagi perempuan muslim. Perintah itu tentu saja mengandung hikmah. Lantas, apa hikmah hijab itu?
BACA JUGA: Tips Merawat Rambut untuk Hijabers
Bediuzzaman Said Nursi, seorang ulama terkemuka dari Turki, mengungkapkan 4 hikmah hijab yang diperintahkan dalam QS Al Ahzab ayat 59 tersebut. Berikut 4 hikmah hijab menurut beliau:
Hikmah hijab: Fitrah yang dibutuhkan perempuan
Perempuan diciptakan sebagai makhluk yang lemah lembut. Mereka membutuhkan perlindungan. Oleh karena itu, mereka cenderung kepada fitrah untuk membuat dirinya dicintai, tidak dibenci, dan tidak dikasari oleh orang lain.
Mereka juga memiliki rasa cemburu. Sekitar 7 dari 10 perempuan, biasanya enggan memperlihatkan kekurangan mereka dan cenderung ‘insecure’ dengan keberadaan perempuan lain yang dianggap memiliki kelebihan dibandingkan mereka. Mereka khawatir dicela atau dilecehkan.
Maka, secara fitrah, perempuan cenderung membutuhkan bahkan menginginkan jilbab (hijab) untuk menjaga dirinya. Hanya segelintir perempuan yang tidak sungkan ‘pamer aurat.’ Bahkan, perempuan yang kerap mengumbar aurat sekalipun pasti merasa risih jika diperlakukan tidak sopan bahkan dilihat oleh lawan jenisnya. Toh, perempuan yang perangainya tidak rusak, tidak akan pernah suka jika dirinya dilihat oleh pandangan jahat atau pandangan yang negatif. Sebab, pada fitrahnya, perempuan itu halus dan sensitif. Maka, mereka butuh jilbab sebagaimana fitrahnya.
Hikmah hijab: Menutup celah rusaknya hubungan rumah tangga
Hubungan antara suami dan istri bukan hanya soal kebutuhan duniawi. Perempuan yang menjdi seorang istri adalah pendamping suaminya di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dia harus berusaha agar tidak menarik perhatian orang lain terhadap kecantikannya agar sang Suami merasa tenang, tidak murka dan cemburu.
Cinta dan pengorbanan dalam rumah tangga itu, tidak hanya ada di masa muda, ketika si istri masih segar dan cantik. Bahkan, hingga masa tua ketika kecantikan telah sirna pun, cinta itu harus tetap ada. Oleh karena itu, kecantikan seorang istri harus lah terjaga hanya untuk suaminya saja.
Hikmah hijab: Menjaga kepercayaan dan cinta tulus di tengah keluarga
Kebahagiaan dalampernikahan bergantung pada rasa saling percaya, hormat yang tulus, dan cinta di antara suami-istri. Istri yang memperlihatkan aurat kepada selain suami, bisa merusak rasa saling percaya ini. Dia bisa saja dilihat oleh lelaki lain.
Suami pun bisa saja melihat wanita lain yang tidak menjaga auratnya di luar sana. Kondisi ini bisa membuka munculnya hasrat kotor di dalam jiwa. Bahkan, menghilangkan rasa hormat dan cinta yang tulus kepada pasangan sah.
Secara fitrah, manusia tidak akan memiliki pikiran kotor terhadap mahramnya. Wajah mahrah menyadarkan adanya hubungan kekerabatan dan adanya posisi yang berbeda dari orang lain. Kendati demikian, di hadapan mahram sekalipun, aurat tetap harus dijaga. Membuka anggota tubuh yang tidak boleh dilihat mahram, apalagi non mahram, itu mengundang bahaya. Sebab, pada bagian tubuh tertentu tidak ada tanda pembeda yang menyiratkan kemahraman (seperti halnya pada wajah), sehingga hal itu bisa menimbulkan pandangan hewani dari mahram yang moralnya rusak.
Hikmah hijab: Menunjukkan sifat setia dan bisa dipercaya
Betapapun buruknya, seorang pria pasti menginginkan pasangan terbaik dan memilih wanita yang suci sebagai istrinya. Dia pasti tidak mau pasangan hidupnya buka-bukaan di depan orang lain selain dirinya.
Sementara itu, sebagai istri dan ibu rumah tangga, sifat yang melekat pada wanita adalah setia dan bisa dipercaya. Berhias dan membuka aurat di muka umum, bisa merusak kepercayaan suami terhadapnya. Ini bahkan merupakan akhlak yang buruk.
Berhias dan menampakkan aurat yang merangsang syahwat bisa memicu timbulnya pelanggaran, lemahnya keturunan, dan rusaknya semua kekuatan. []
Referensi: Tuntunan bagi Perempuan/Karya: Bediuzzaman Said Nursi/Penerbit: Risale Press/Tahun: 2014