JAKARTA—Sejumlah perwakilan Ulama Perempuan Indonesia menyampaikan seruan moral kebangsaan terkait ancaman terhadap kemajemukan. Bahkan para nyai, aktivis Islam, dan para pegiat perempuan dan kemanusiaan di Indonesia, yang tergabung dalam Jaringan Ulama Perempuan telah bersikap dan bekerja di tengah masyarakat memastikan kohesi sosial tidak dirusak dengan praktik politisasi identitas, persatuan dan kemanusiaan tetap terjaga.
Pengurus PP Aisyiah Nyai Yulianti Muthmainnah menyampaikan seruan tersebut berisi 5 point yang pada intinya mendorong kepada semua pihak untuk menjaga kemajemukan Republik Indonesia dengan menghindari praktik-praktik buruk dalam kontestasi politik seperti politisasi identitas.
“Salah satunya mencegah hoax dan ujaran kebencian yang dapat merusak kohesi sosial bangsa,” ujarnya di Ruang Meeting Dewan Masjid Indonesia (DMI), Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, Kamis (1/3).
Ketua Alimat Dra. Hj. Badriyah Fayumi, Lc., MA mengungkapkan bahwa inisiatif seruan moral ini adalah representasi kegelisahan ulama-ulama perempuan di seluruh Indonesia, yang berkhidmat di pesantren, majelis taklim, dan forum-forum pendidikan keagamaan lainnya.
“Jaringan Ulama Perempuan memiliki kegelisahan yang sama, karena itu acara seruan moral ini juga akan simultan diikuti oleh jaringan ulama perempuan se Indonesia, yang semakin solid sejak Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama digelar pada April 2017 lalu.” pungkasnya.
Ia menambahkan, ulama perempuan memiliki kekhasan dalam berdakwah. Selain penuh kesejukan, mempersatukan, tidak membakar dan berorientasi Rahmatan Lil Alamin.
“Ada 4 prinsip dakwah ulama perempuan yakni, keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kesemestaan. Ini sesuai hakikat Islam yang menjadi rahmat bagi semesta,” pungkasnya.
Hadir dalam konferensi pers penyampaian seruan tersebut antara lain, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi yang juga Ketua Alimaat Indonesia, Nyai Hindun Annisah Pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asyari, Jepara, dan Nyai Yulianti Muthmainnah Pengurus PP Aisyiah. Perwakilan datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan. []
Reporter: Rhio