KLATEN–Seorang pemuda berinisial BA (19) harus menghabiskan bertahun-tahun di kurungan berpintu besi lantaran mempunyai hobi menghirup bensin dan bahan bakar kendaraan. Keluarganya berinisiatif mengurung pemuda di Desa Troketon, Pedan, Klaten ini agar tak membahayakan dirinya dan orang lain.
“Sukanya menghirup bensin dan jalan satu-satunya ya saya kurung. Kalau kambuh mengganggu orang di jalan dan jika orang yang tidak tahu dikira mau mengambil sepeda motor, padahal cuma mau menghirup (membaui) bensinnya sehingga sering dipukuli orang,” ungkap ibu BA, Eni Lestari, Jumat (13/3/2020).
BACA JUGA: Beli Bensin Pakai Rokok, Warga Venezuela: Uang sudah Tak Ada Artinya
Eni menceritakan, anak pertamanya itu lahir sebagai anak normal tahun 2001. Setelah umur tiga tahun baru muncul perilaku berbeda.
“Kami tahunya setelah umur tiga tahun dan perilakunya aneh. Setelah tambah besar tambah aneh sebab senang menghirup bensin dan bahan bakar lain,” lanjut Eni.
Apabila kambuh dan tidak bertemu bensin atau bahan bakar untuk dihirup, terang Eni, Bagas bisa mengamuk. Padahal jika sudah menghirup kadang tidak sadar di jalan-jalan di desa lain sehingga keluarga memutuskan mengurung Bagas di kamar sejak sekitar 7 tahun silam.
“Kalau dilepas sebenarnya hanya mencari bensin. Tapi dari pada berbahaya dipukuli orang yang tidak tahu kondisinya mending di rumah,” sambung Eni.
Selama ini, lanjut Eni, keluarga sudah pernah dua kali membawa Bagas ke RSJ. Namun tidak kunjung ada perubahan membaik.
“Pernah dua kali beberapa bulan di RSJ dua bulanan lalu pulang. Biaya gratis sebab pakai BPJS tapi tidak membaik,” imbuh Eni.
Meskipun demikian, terang Eni, jika obat dari RSJ dimakan, perilakunya tenang. Saat obatnya habis, anaknya kembali lagi mencari bensin dan mengamuk.
Keluarga, sambung Eni, sudah pasrah. Apalagi suaminya, Eko Prawito (40) juga sakit diabetes, tidak melihat dengan normal dan sudah tidak bekerja lagi dan dirinya hanya jadi tukang jahit.
BACA JUGA: Gara-gara Ambulans Kehabisan Bensin, Wanita Ini Melahirkan di Jalan
Bagas dikurung di dalam satu kamar di bagian depan rumah. Kamar tembok dengan pintu penutup jeruji besi membuat Bagas bisa melihat keluar.
Dengan begitu BA atau keluarga bisa berkomunikasi. Meskipun di dalam kamarnya tidak banyak perabot diletakkan.
Kades Troketon, Kecamatan Pedan, Sunaryo mengatakan Bagas memiliki perilaku aneh sejak kecil. “Sudah pernah dibawa ke RSJ. Tapi belum sembuh sehingga diamankan di rumah oleh keluarga,” jelas Sunaryo.
Namun demikian, kata Sunaryo, Bagas tetap mendapatkan perhatian keluarga dan pemerintah. Bahkan dua hari lalu direkam data untuk pembuatan e-KTP. []
SUMBER: DETIK