SAYA dan istri saya itu beda banget. Ga ada sama-samanya.
Saya itu, sama dia, orangnya romantis. Baperan. Dia sih cuek-cuek aja sama saya. Selama 18 tahun menikah, kayaknya ga pernah sekalipun saya mendengar dia bilang “I love you” gitu ke saya. Atau dia manggil nama saya secara langsung.
Saya ke dia? Ga terhitung lah. Saya biasa manggil dia “Cinta” kalau dia lagi masak, dan saya selalu bilang ke dia, “Kamu harusnya nyahut, dan bilang, ‘Ada apa, Rangga?’.”, tapi itu ga pernah terjadi. Noleh pun nggak.
Kesukaan saya sama dia juga jauh beda. Soal makanan misalnya. Dia cenderung menjaga diri. Kalau saya, kalau udah lapar, apapun yang ditemui di pinggir jalan, ya gabres aja. Dia mah ga mau.
Istri saya orangnya defensif. Kalau ada masalah, dia pasti selalu lari menyalahkan diri sendiri. Sementara saya, lebih open, lebih realistis, ga bawa-bawa perasaan. Dia juga sangat tertutup, apalagi sama orang lain. Bisa dipastikan, orang lain yang jadi sahabatnya atau deket sama dia, hanya beberapa saja. Itu pun akhir-akhir ini aja.
Sebelumnya, emang ga ada yang terlalu jauh banget sama orang, tapi juga ga banyak yang terlalu deket. Sementara saya, sahabat saya mulai dari ujung Wanayasa, sampai yang karena kenal hanya dari Facebook. Dari guru semasa SMA, smpe dosen yang ngajar di perkuliahan.
Masih banyak perbedaan lainnya antara saya dan istri. Ga penting juga ditulisin di sini hehehehe…. Tapi ya gitu, namanya juga suami istri, kami juga punya sedikit persamaan; sama-sama suka jalan kaki dan curhat satu sama lain.
Suami istri itu bukan soal beda dan sama. Suami istri ya harus saling menerima. Setelah punya sekian anak, setelah sekian belas tahun, yang paling elok adalah ya saling percaya; saya yakin dia mencintai saya. Dan dia juga tahu saya menyayangi dia. Makanya, saya ga kunci HP saya pake password. Dia juga. []