PELAKOR, istilah yang mengandung arti ‘perebut suami orang’, kini kian santer terdengar dalam pemberitaan media sosial. Pelakor biasanya identik dengan sosok perempuan (bisa juga laki-laki) yang menjadi orang ketiga dalam rumah tangga seseorang.
Perbuatan pelakor merupakan salah satu cara terdashsyat yang dilakukan setan untuk menjerumuskan umat manusia.
Dari Jabir radhiyallahu’anhu diriwiayatkan bahwa ia berkata Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian dia mengutus bela tentaranya. Maka yang paling dekat kedudukannya dengan iblis adalah yang paling besar menebar fitnah. Salah satu dari mereka akan datang, lalu berkata ” Aku telah mengerjakan demikian dan demikian. Iblis berkata,”Kamu belum mengerjakan sesuatu”. Perawi berkata,”Kemudian datang lagi salah satu dari mereka dan berkata,” Aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mampu memisahkan antara dirinya dengan istrinya”. Perawi berkata lagi, “Akhirnya dia didekatkan kepada iblis, lalu iblis berkata,”Bagus Engkau”. Perawi berkata, Iblis pun merangkul dan memeluknya”. (Shahih Muslim)
BACA JUGA: Stop Jadi Pelakor atau Pebinor
Perbuatan pelakor ini dalam disinggung dalam sebuah hadis. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu diriwayatkan bahwa ia berkata Rasulullah bersabda :
“Bukan termasuk golongan kami sesorang yang menghancurkan hubungan baik antara istri dengan suaminya, atau antara seorang budak dengan tuannya,” (Shahih Abu Dawud(II/410) (1906)
Hadis di atas menunjukan ketegasan bahwa merebut atau merusak hubungan antara istri dan suaminya atau sebaliknya merusak hubungan suami dengan istrinya, tidak dibenarkan dalam Islam. Bahkan, Rasul mengancam bahwa orang yang merusak pasangan suami istri itu sebagai bukan bagian dari Islam.
BACA JUGA: Muslimah, Ini Kiat Mengamankan Suami dari Godaan Pelakor
Berikut ini hukum perbuatan pelakor tersebut:
1 Hukum Ukhrawi
Para ulama sepakat jika hukum merusak bahagia dalam Islam atau mengganggu dan juga merusak hubungan rumah tangga orang lain adalah haram hukumnya, dan bagi siapapun yang melakukannya akan mendapatkan dosa dan diancam siksa di neraka serta akan mendapat siksa neraka bagi wanita.
Selain itu, Imam Al Haitsami juga mengkategorikan perbuatan dosa ini menjadi dosa yang besar. Dalam kitabnya yakni Al Zawajir ‘an Iqtiraf al Kabair, beliau menyebutkan jika dosa besar yang ke-257 dan 258 adalah merusak seorang wanita agar terpisah dari suaminya dan merusak seorang suami agar terpisah dari istrinya.
Hadis Nabi Muhammad SAW juga menjadi alasannya, menafikan pelaku perbuatan merusak ini dari bagian umat beliau, dan ini terhitung sebagai ancaman berat. Juga para ulama’ sebelumnya, secara sharîh (jelas) mengkategorikannya sebagai dosa besar dalam Islam. (Al-Zawâjir juz 2, hal. 577).
2 Hukum Duniawi
Jika lelaki perusak hubungan seorang wanita dengan suaminya hingga wanita tersebut meminta cerai dan menikah dengan pelakor tersebut, jumhur ulama berpendapat pernikahannya sah karena wanita tersebut tidak secara eksplisit dihitung sebagai muharramat atau wanita yang diharamkan baginya.
Akan tetapi, pendapat berbeda dikemukakan ulama Malikiyyah dimana pernikahan tersebut harusnya dibatalkan baik sebelum terjadi pernikahan atau sudah terjadi sebab belum memenuhi syarat pernikahan dalam Islam.
BACA JUGA: Inilah Dosa dan Hukuman bagi Si Pelakor
Para ulama berpendapat jika perbuatan terlarang ini dilakukan maka hakim memiliki wewenang untuk menjatuhkan ta’zir atau hukuman yang ketentuannya sudah diterapkan hakim atau penguasa dengan syarat tidak lebih dari 40 cambukan.
Selain itu ada juga yang berpendapat jika hukumannya adalah kurungan penjara sampai bertaubat atau meninggal dan sebagian lagi berpendapat, hanya diberi cambukan keras saja dan diumumkan perbuatannya supaya orang lain bisa waspada dari orang tersebut dan supaya orang lain bisa mengambil ibrah. []