APAKAH hukum doa Iftitah dalam shalat?
Mazhab Maliki: Makruh hukumnya membaca doa iftitah. Orang yang melaksanakan shalat langsung bertakbir dan membaca al-Fatihah, berdasarkan riwayat Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar mengawali shalat dengan Alhamdulillahi Rabbil’alamin”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Hukum Doa Iftitah dalam shalat, Sunnah
Jumhur Ulama: Sunnat hukumnya membaca doa Iftitah setelah Takbiratul-Ihram pada rakaat pertama.
BACA JUGA: Kenapa Shalat Ada yang Dilakukan dengan Suara Nyaring?
Ini pendapat yang Rajih (kuat) menurut saya (Syekh Wahbah az-Zuhaili. Bentuk doa Iftitah ini banyak.
Doa pilihan menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali adalah:
سُبْحَا َ َك اللاَّل ُ اَّلم وَِبَِمْدِ َؾ وَتػَبَارََؾ ا ْشتُ َك وَتػَعَاَذل جَ ُّدَؾ وَالَ إِلَوَ َايػْ َُؾ
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagunganMu, tiada tuhan selain Engkau”. Berdasarkan riwayat Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw ketika mengawali shalat, beliau membaca: “Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tiada tuhan selain Engkau”. (HR. Abu Daud dan ad-Daraquthni dari riwayat Anas. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Sa’id. Muslim dalam Shahih-nya: Umar membaca doa ini dengan cara jahar [Nail al-Authar: 2/195])
Hukum Doa Iftitah dalam shalat, Pendapat Mazhab Syafi’i
Pendapat pilihan dalam Mazhab Syafi’i adalah bentuk doa:
BACA JUGA: Makan Ingat Shalat Apa Shalat Ingat Makan?
وَ ُسُكِى وَ َْػتيَاىَ وََؽتَاتِى لِلاَّلوِ رَ ِّدب الْعَالَمِ َ الَ َشِ َك لَوُ وَبَِ لِ َك أُمِ ْ ُت وَأَ َا مِنَ الْمُسْلِمِ َ مسلماً وَمَا أَ َا مِنَ الْمُ ْ ِ ِ َ إِ اَّلف صَالَتِ و ى َ اَّلج ْ ُت وَجْ ِ ىَ لِلاَّل ِى فَطَ َ ال اَّلسمَوَا ِت وَاألَرْ َض َنِيفًا
“Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)”. Berdasarkan riwayat dari Ahmad, Muslim dan at-Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh at-Tirmidzi, diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib. []
Sumber: 77 Tanya-Jawab Seputar Shalat/Disusun Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA./S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Darul-Hadits, Maroko./Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
.