APA hukum membakar pakaian bekas?
Pakaian, jika dia masih layak pakai, tapi kita sudah tidak memakainya karena sudah kesempitan, atau seragam sekolah yang sudah tidak lagi dipakai, atau sebab lainnya, maka sudah sepantasnya disedekahkan ke orang lain yang membutuhkannya.
Ini masuk cakupan umum anjuran bersedekah. Bukan membuangnya atau menyia-nyiakannya, termasuk dibakar. Idealnya adalah bersedekah dengan yang terbaik yang kita pun juga menyukainya.
Allah Ta’ala berfirman:
لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ
Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui. (QS. Ali ‘Imran, ayat 92)
BACA JUGA: Hukum Suami Istri Mandi Bersama
Hukum Membakar Pakaian Bekas: Jika Sudah Tidak Layak Pakai
Tapi, jika pakaian itu tidak layak pakai, baik karena sudah robek-robek, usang, maka tidak masalah dijadikan untuk kain pel, keset, lap, dipendam, atau dibakar.
Cara-cara ini luwes dan lapang. Pilih saja mana cara yang paling membawa kebaikan bagi yang punya dan lingkungannya.
Saat itu, dia tidak dikatakan menyia-nyiakannya karena memang itu sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi sebagai pakaian.
Hukum Membakar Pakaian Bekas: Fashion Ramah Lingkungan
Selain itu, saat ini dikenal dengan tren pakaian ramah lingkungan. Fashion ramah lingkungan merupakan produk fashion dari industri yang menghasilkan sedikit limbah bahkan nol limbah.
Jika selama ini produk fashion identik dengan dampak pakaian, kain, serat, dan pewarna yang berakhir sebagai limbah, fashion ramah lingkungan justru bisa meminimalisasi atau memanfaatkan kembali limbah tersebut.
BACA JUGA: Wanita, Harap Ketahui, Inilah Hukum Meminta Mahar Pernikahan yang Tinggi
Hukum Membakar Pakaian Bekas: Tiga Prinsip
Setidaknya, ada tiga prinsip dalam fashion ramah lingkungan. Pertama, adanya kepedulian terhadap tenaga dalam industri fashion. Mulai dari penjahit, pengrajin hingga penjual produk.
Kedua, proses pembuatan busana memiliki mutu dan berorientasi pada keberlanjutan. Sehingga selama proses produksi tidak ada bahan terbuang. Bahkan bahan yang digunakan merupakan sisa bahan sebelumnya.
Ketiga, adanya kepedulian terhadap lingkungan. Misalnya pemakaian fashion hasil daur ulang atau penggunaan packaging yang eco friendly. Semua prinsip ini mencakup hulu hingga hilir industri fashion.
Demikian. Wallahu a’lam.[]
USTADZ FARID NU’MAN, S.S. | SUMBER: CHANEL MUSLIM