Assalamu’alaikum wr.wb.
Ustadz, sebelum ibu saya meninggal dunia, saya teringat beliau pernah mempunyai sebuah nadzar. Tapi nadzar itu belum beliau lakukan, dan takdir Allah menentukan beliau harus pula ke rahmatullah sebelum menunaikan nadzarnya. Nadzarnya itu beliau menyatakan di hadapan saya, jika saya lulus UN SMU, beliau akan berpuasa 3 hari berturut-turut. Pertanyaan saya, apa yang harus saya lakukan, apakah dengan meninggalnya ibu saya nadzar beliau menjadi gugur, atau bagaimana solusinya?
Terimakasih
Adjeng Kurniawati
Cipanas, Cianjur
Wa’alikumsalam wr.wb.
Saudariku karena Allah…
Innalillahi wainna ilaihi raji’un, teriring doa semoga Allah menerima amal ibadah ibunda Anda dan menempatkan beliau di surga-Nya. Amin.
BACA JUGA: Apa Hukumnya Bernazar dalam Islam?
Sebelumnya perlu diketahui, para ulama mendefinisikan nazar sebagai suatu tindakan mewajibkan sesuatu untuk diri sendiri yang sejatinya tidak diwajibkan oleh syari’at kepadanya. Hukum menunaikan nazar adalah wajib jika yang dinazarkan sesuai dengan syariat Islam, sementara jika bertentangan dengan syariat maka untuk tidak melaksanakannya.
Dalil memenuhi nazar seperti yang Allah tegaskan dalam surah al-Hajj ayat 29, “Hendaklah mereka memenuhi nazar-nazar mereka.” Tidak ada aplikasi nazar yang bertentangan dengan syariat sebagaimana dinyatakan Rasul saw, “Siapa yang bernazar untuk berbuat taat kepada Allah, maka hendaknlah ia melakukan taat kepada-Nya, dan siapa yang bernazar untuk maksiat kepada-Nya, maka hendaknya tidak bermaksiat kepada-Nya.” (HR. Bukhari dan Abu Daud)
Nah, nazar ibu Anda termasuk nazar yang sesuai syari’at, maka wajib ditunaikan. Sementara jika yang bernazar telah meninggal dunia, maka walinya, dalam hal ini yang terdekat hubungan kerabat dengannya, seperti putra dan putrinya. Kesimpulan hukum ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, tepatnya ketika Sa’ad bin Abdullah meminta fatwa kepada beliau tentang nazar, “Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal sedangkan dia mempunyai kewajiban nazar yang belum ia tunaikan.” Rasul menjawab, “Tunaikanlah engkau untuknya.” (HR. Abu Daud dan an-Nasa’i).
BACA JUGA: Melaksanakan Nazar, Wajibkah?
Demikian pendapat jumhur ulama. Adapun jika nazar itu berupa hal yang tidak mungkin ditunaikan oleh wali orang yang telah meninggal, maka walinya hendaknya menunaikan kafarat nazar. Kafarat nazar sama dengan kafarat dalam sumpah, yaitu memberi makan atau pakaian kepada sepuluh orang fakir miskin; jika tidak mampu maka dengan memerdekakan budak; dan jika tidak kuasa, maka dengan berpuasa selama tiga hari. Ketentuan kafarat tersebut sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam surah al-Maidah ayat 89.
Wallahu’alam. []
Dijawab oleh H. Atik Fikri Ilyas, Lc, MA.