DALAM masalah aqidah, berkeyakinan sial atau merasa sial karena melihat peristiwa tertentu atau terhadap hari tertentu disebut thiyarah atau tathayur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut perbuatan ini sebagai kesyirikan, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari sahabat Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا
“Thiyarah itu syirik…, Thiyarah itu syirik…, (diulang 3 kali)” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan yang lainnya. Syuaib Al-Arnauth mengatakan, Sanadnya shahih).
Dikutip dari Konsultasi Syariah, contoh thiyaroh yang banyak tersebar di indonesia adalah keyakinan merasa sial terhadap bulan suro (bulan Muharam). Orang yang yakin akan merasa sial di bulan ini pantang untuk melakukan hajatan apapun, karena takut akan mengalami celaka. Menurut mereka, bulan suro ulan ciloko (bulan Muharam adalah bulan ancaman bencana).
BACA JUGA: 2 Perbedaan Puasa Syirik
Hukum Merasa Sial dan Doa Menghindari Bahaya
Sejatinya keyakinan merasa sial ini sama persis dengan keyakinan masyarakat jahiliyah masa silam. Hanya saja bulannya berbeda. Bagi masyarakat masa silam, bulan syawal adalah bulan pantangan untuk menikah.
Untuk melawan keyakinan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi sebagian istrinya di bulan syawal. Beliau ingin buktikan bahwa pernikahan bulan syawal tidak memberi dampak buruk apapun bagi keluarga. Hal ini sebagaimana yang dikisahkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anha;
تزوجني رسول الله صلى الله عليه و سلم في شوال وبنى بي في شوال فأي نساء رسول الله صلى الله عليه و سلم كان أحظى عنده منى ؟ قال وكانت عائشة تستحب أن تدخل نساءها في شوال
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal, dan mengadakan malam pertama denganku di bulan Syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian beliau selain aku?” Salah seorang perawi mengatakan, “Aisyah menyukai jika suami melakukan malam pertama di bulan Syawal.” (HR. Muslim, An-Nasa’i, dan yang lain). Allahu A’lam.
Sementara itu, di luar pembahasan kesialan, semua makhluk di muka bumi ini kemungkinan besar memang akan terkena bahaya. Sebab, dunia ini hanyalah sementara. Segala apa yang ada di dalamnya tidaklah sebaik yang kita kira.
Dikutip dari buku Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali, beberapa bahaya siap menerpa diri kita. Seperti bumi yang mulai tak bersahabat, sebagian orang yang tidak peduli terhadap orang lain dan selalu berniat buruk, juga hewan-hewan buas yang membahayakan.
Tapi, terjadi tidaknya bahaya itu kepada kita, itu tergantung dari kedekatan kita kepada Allah SWT. Mengapa demikian? Sebab, Allah SWT adalah pelindung kita. Jika kita tidak bersikap baik kepada-Nya, maka jangan harap kita bisa selamat dari marabahaya.
Nah, Rasulullah SAW telah mengabarkan bagaimana caranya kepada kita agar terhindar dari bahaya. Salah satu yang dapat kita lakukan ialah berdoa kepada Allah SWT. Seperti apa doanya?
Hukum Merasa Sial dan Doa Menghindari Bahaya
BACA JUGA: Waspada, Film Horor Ajarkan Kesyirikan
Dari Utsman bin Affan RA dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba mengucapkan,
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.
Artinya: “Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Di kala pagi dan sore hari tiga kali, niscaya dia akan terhindar dari segala marabahaya’,” (HR. Tirmidzi, di berkata hasan gharib. Dan dishahihkan oleh al-Albani dalam ‘Takhrijul Kalimith Thayyib’: 10). []