ADA fenomena di masyarakat dimana mereka gemar memasang poster atau gambar wali songo atau kadang ada gambar empat khalifah Rasyidin, dengan tujuan mengenang mereka. Apa hukum pasang gambar para wali di rumah? Bagaimana Islam memandang hal seperti demikian?
Ada perbedaan cara penghormatan terhadap tokoh yang dilakukan umat islam dengan yang dilakukan ahli kitab. Orang yahudi dan nasrani memvisualisasi para tokoh sebagai bentuk pernghormatan kepada tokoh mereka. Sampai bayi Nabi Isa bersama ibunda Maryam, mereka buat patungnya.
Mereka juga memajang foto-foto tokohnya untuk mengenang kesalehan mereka.
BACA JUGA: Apa Hukum Shalat dengan Menggunakan Sajadah Bergambar?
Beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Maimunah dan Ummu Salamah pernah berhijrah ke Habasyah (Ethyopia) ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih di Mekah.
Baca Juga: Belajar Dakwah dari Wali Songo di Indonesia
Ketika mereka di Madinah, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bercerita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai gereja yang mereka lihat di Habasyah. Di sana ada gereja Mariyah. Ummu Salamah bercerita, di dalam gereja itu ada banyak gambar-gambar tokoh nasrani.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمُ الْعَبْدُ الصَّالِحُ – أَوِ الرَّجُلُ الصَّالِحُ – بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ ، أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ
Mereka adalah sekelompok masyarakat yang apabila ada orang soleh di antara mereka yang meninggal, maka mereka akan membangun masjid di dekat kuburannya dan menggambar wajah orang soleh itu. Merekalah makhluk paling jelek di hadapan Allah. (HR. Bukhari 434, Ahmad 24984 dan lainnya).
Hadis ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa cara penghormatan tokoh agama, orang soleh seperti yang dilakukan orang nasrani, dengan memajang gambar dan foto tokohnya, adalah tindakan tercela. Karena ini sebab terbesar orang melakukan kultus.
Kita meyakini, manusia yang paling dicintai sahabat adalah Nabi Allah, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sahabat ada yang dulunya pandai menggambar. Namun tidak kita jumpai satupun diantara mereka yang membuat reka wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dipajang di masjid nabawi atau di rumah mereka masing-masing. Sekalipun kita sangat yakin, mereka tidak munngkin sampai menyembah gambar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tauhid mereka jauh lebih kuat dibandingkan tauhid kita.
Baca Juga: Habib Luthfi: Umat Islam Harus Contoh Dakwah Wali Songo, Damai
Karena mereka memuliakan tokohnya bukan dengan cara menggambar wajahnya. Memvisualisasi wajah, justru termasuk bentuk pelecehan dan penghinaan. Karena tentu saja, yang asli lebih indah dan lebih sempurna. Gambar adalah pelecehan kepada tokoh.
Ini disepakati kaum muslimin hingga sekarang. Terbukti, tidak ada satupun umat islam yang berani membuat reka gambar wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maupun nabi-nabi lainnya.
Cara menghormati tokoh adalah dengan mendoakan mereka dan melestarikan ajaran mereka. Bukan dengan menggambar mereka. Apalagi dengan gambar asal-asalan, tanpa bukti yang jelas.
BACA JUGA: Hukum Lomba Membaca Al-Quran dan Hadiahnya
Kehormatan Mayit itu Dimakamkan
Allah berfirman,
ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ
Kemudian, orang mati diantara manusia, mereka dikuburkan. (QS. Abasa: 21)
Bagian dari kemuliaan yang Allah berikan untuk manusia, Allah syariatkan agar yang meninggal dikuburkan. Dan itu sesuai fitrah manusia. Karena itu, agama yang mengajarkan agar mayit dimakamkan, adalah agama yang mengajarkan fitrah.
Ketika ada orang istimewa yang jasadnya di taruh di permukaan, yang terjadi bukan memuliakan, tapi justru menghinakan. Artinya, semakin tidak ditampakkan, semakin dimuliakan.
Allahu a’lam. []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH