TANYA:
Shalat raghaib yang kita kenal, yang dilakukan pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab, apakah ia sunnah dan fadhilah (keutamaan), atau ia bid’ah?
JAWAB:
Shalat raghaib itu bid’ah yang buruk dan sangat mungkar, mengandung banyak kemungkaran. Wajib meninggalkan dan menjauhinya, serta melakukan nahi munkar kepada yang melakukannya.
BACA JUGA: Shalat Sunnah Shubuh, Ini Dia Waktunya
Waliyyul amr (penguasa) -semoga Allah ta’ala memberikan taufiq kepadanya- harus melarang orang yang melakukannya, karena ia adalah pemimpin (raa’in) dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.
Para ulama telah menulis banyak kitab yang mengingkari dan mencela shalat raghaib ini, serta menganggap bodoh pelakunya.
Tidak perlu tertipu dengan banyaknya orang yang melakukannya di berbagai negeri, atau disebutkannya ia dalam kitab “Qutul Qulub” (karya Abu Thalib Al-Makki, penerj) dan “Ihya ‘Ulumiddin” (karya Al-Ghazali, penerj) dan yang semisalnya, karena ia bid’ah yang batil.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam Hadits yang shahih:
من أحدث في ديننا ما ليس منه فهو رد
Artinya: “Barangsiapa membuat hal-hal baru dalam agama kami, yang bukan berasal darinya (dari agama ini), maka ia tertolak.”
Dalam Ash-Shahih, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
Artinya: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Dalam Shahih Muslim dan lainnya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كل بدعة ضلالة
Artinya: “Setiap bid’ah itu sesat.”
Allah ta’ala memerintahkan kepada kita, jika terjadi perselisihan, untuk kembali kepada Kitab-Nya. Dia berfirman:
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
Artinya: “Jika kalian berselisih tentang suatu hal, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Al-Hadits), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. An-Nisaa [4]: 59)
BACA JUGA: Ini Keutamaan dan Tata Cara Shalat Sunnah Wudhu
Allah tidak memerintahkan kita untuk mengikuti orang-orang jahil, tidak juga tertipu dengan kesalahan orang-orang yang telah keliru. Wallahu a’lam.
(Fatwa Imam Yahya bin Syaraf An-Nawawi)
Diterjemahkan dari: Fatawa An-Nawawi, karya Imam Yahya bin Syaraf An-Nawawi, disusun oleh murid beliau: Al-Hafizh ‘Alauddin Ibn Al-‘Aththar, Halaman 74-75, Mas’alah nomor 67, Penerbit Dar Ibn Al-Qayyim, Riyadh, Saudi Arabia dan Dar Ibn ‘Affan, Kairo, Mesir.
Penerjemah: Muhammad Abduh Negara
Teks asli:
مسألة ٦٧
صلاة الرغائب المعروفة في أول ليلة جمعة من رجب هل هي سنة وفضيلة أو بدعة؟
الجواب: هي بدعة قبيحة منكرة أشد إنكار، مشتملة على منكرات، فيتعين تركها والإعراض عنها، وإنكارها على فاعلها، وعلى ولي الأمر وفقه الله تعالى منع الناس من فعلها، فإنه راع، وكل راع مسؤول عن رعيته، وقد صنف العلماء كتبا في إنكارها وذمها، وتسفيه فاعلها، ولا يغتر بكثرة الفاعلين لها في كثير من البلدان، ولا بكونها مذكورة في (قوت القلوب) و(إحياء علوم الدين) ونحوهما فإنها بدعة باطلة، وقد صح أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (من أحدث في ديننا ما ليس منه فهو رد) وفي الصحيح أنه صلى الله عليه وسلم قال: (من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد).
وفي صحيح مسلم وغيره: أنه صلى الله عليه وسلم قال: (كل بدعة ضلالة)، وقد أمر الله تعالى عند التنازع بالرجوع إلى كتابه فقال تعالى: (فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الأخير) [النساء: ٥٩] ولم يأمر باتباع الجاهلين، ولا بالاغترار بغلطات المخطئين، والله أعلم.