RASA takut pasti pernah menghampiri kita. Terutama bila sedang berada dalam kesendirian di balik gelapnya malam. Karena itu, biasanya segala halusinasi mengenai buruknya kejadian yang akan terjadi, datang tiba-tiba dalam benak kita. Termasuk takut pada setan.
Kita pasti pernah melewati suatu tempat yang gelap ketika kita baru pulang dari suatu tempat yang berbeda. Rasa takut itu mucul begitu saja dalam benak kita. Seakan-akan hal-hal berupa misteri yang menyeramkan sedang menunggu kita di tengah perjalanan.
BACA JUGA:Â Setan Punya Jenis Kelamin, Benarkah?
Dalam melangkahkan kaki, kita pun ragu-ragu karena adanya rasa takut yang mengganggu pikiran. Dan mencoba mempercepat langkah ketika telah berada di pertengahan jalan.
Jantung kita berdebar-debar begitu cepat, berbeda seperti biasanya.
Seketika kita melihat sesuatu yang mencurigakan, kita lalu berpikiran bahwa itulah sosok yang menakutkan. Hingga langkah kaki yang sudah begitu cepat, kita bawa berlari agar segera sampai ke tujuan.
Melihat kejadian tersebut, yang telah dialami oleh kebanyakan orang, sebenarnya perasaan itu ada karena kita sendiri yang mengadakannya. Mengapa demikian?
Karena lihat saja, ketika kita akan memasuki suatu daerah yang gelap, kita telah berpikir bahwa daerah itu menyeramkan, terlebih kita akan memasukinya malam hari. Sehingga, ketika kita mulai memberanikan diri pun rasa takut itu tetap menghampiri kita. Setiap apa yang kita lihat, akan menjadi menakutkan karena perasangka kita yang menginginkannya seperti itu.
Dalam Islam telah dijelaskan bahwa yang namanya setan itu memang benar adanya. Tapi, dia adalah makhluk yang tak kasat mata. Hingga kita tidak akan mungkin bisa melihatnya, kecuali hanya orang tertentu saja.
BACA JUGA:Â 7 Bagian Tubuh Manusia yang Jadi Sarang Jin dan Setan
Jadi, bila kita mengaku pernah melihat penampakan atau apa pun yang semisal dengannya, itu hanya halusinasi saja. Karena kitalah yang mengadakan halusinasi itu. Mungkin yang kita lihat itu hanyalah sebatang pohon, atau daun yang tertiup oleh sejuknya angin malam.
Oleh karena itu, perasangkalah yang menentukan baik buruknya kejadian yang akan kita alami. Termasuk perasangka kita pada suatu daerah yang dilewati malam hari itu. Bila kita telah berperasangka baik sebelumnya, maka kejadian baiklah yang akan kita dapatkan. Tapi sebaliknya, bila kita berperasangka yang buruk sebelumnya, maka kejadian buruklah yang akan menimpa kita. []