TENTANG bangsa Yahudi dan hukuman yang diberikan kepada mereka, Allah berfirman dalam Surah Al Maidah: 64
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ ۗغُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
“Dan orang-orang Yahudi berkata, ‘Tangan Allah terbelenggu’. Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yanrg dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhahakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai Hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Begitu buruk dan kejamnya orang Yahudi sampai berani mengatakan yang buruk tentang Allah dengan ucapan:
يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ
“tangan Allah terbelenggu”.
Maksudnya adalah Allah itu pelit.
BACA JUGA: Sifat-Sifat Orang Yahudi
Di dalam firman Allah yang lain, yakni dalam Surah Ali-Imran (3) ayat 181, mereka juga mengatakan:
اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ
“… Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya….”
Betapa keji dan beraninya mereka. Bahkan, dalam Taurat yang telah diutak-atik oleh mereka, disebutkan bahwa Allah menyesal, Allah takut, Allah lupa, Allah kalah bergulat dengan Ya’qub, Allah tidak tahu, dan seterusnya dari banyak sifat buruk lainnya yang mereka sifatkan kepada Allah.
Sungguh mengherankan ada kaum yang sampai demikian buruknya. Karena itu, jangan sampai seseorang itu terjerumus ke dalam penyerupaan orang Yahudi yang menyifati Allah dengan sifat yang buruk.
Sejatinya Allah tidak pelit bahkan Maha Pemurah. Namun, Allah membagi-bagikan karunia kepada hamba-Nya dengan kadar yang berbeda-beda, sesuai dengan hikmah dan kehendak-Nya.
Allah berfirman dalam Surah Ar-Ra’d (13): 26:
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki).”
Orang-orang Yahudi berkata:
يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ
“Tangan Allah terbelenggu”.
Namun, Allah membalas ucapan mereka dengan berkata:
غُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ
“Sesungguhnya tangan merekalah yang terbelenggu”.
Seolah-olah mereka mengatakan, “Allah pelit”. Namun, Allah membantah perkataan mereka “Justru, merekalah yang pelit”. Faktanya bahwa kalangan Yahudi adalah orang yang paling pelit bahkan hingga zaman sekarang. Mereka paling rakus dengan dunia dan sangat pelit. Allah berfirman tentang mereka,
غُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ
“Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yanrg dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki.”
Firman Allah,
بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ
“Padahal kedua tangan Allah terbuka”.
Di dalam bahasan sifat Allah, ayat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki dua tangan. Orang Yahudi mengatakan “tangan Allah” dengan memakai redaksi tunggal (mufrad). Namun, Allah membantah mereka “padahal kedua tangan Allah terbentang”, dengan memakai redaksi mutsana (yang menunjukkan jumlah), yang semakin menegaskan bahwa Allah tidak pelit.
Di antara akidah Ahlus Sunnah adalah Allah memiliki kedua tangan kemudian kedua tangan-Nya itu tidak sama dengan tangan makhluk. Dengan kedua tangan-Nya, Allah menciptakan Nabi Adam, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Shad (38) ayat 75:
قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ
“(Allah) berfirman, ‘Wahai iblis apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganku?’”
Ada empat makhluk yang Allah ciptakan dengan tangan-Nya, yaitu Arsy, surga, Nabi Adam, dan pena. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau berkata, “Allah menciptakan empat makhluk dengan tangan-Nya, yaitu Arsy, surga, Nabi Adam, dan pena.” (HR. Al-Hakim No. 3244)
Karena itu, hendaknya seseorang waspada untuk tidak menakwilkan ayat Allah secara tidak benar dan bukan pada tempatnya, seperti orang yang menakwilkan tangan Allah dengan nikmat, kekuatan, atau kekuasaan.
Kaidah yang relevan dalam bahasa ini antara lain adalah tidak mungkin sesuatu ditakwilkan, kecuali sesuatu itu benar-benar ada pada Zat itu. Contoh mudahnya adalah semisal sebutan “tangan panjang” bagi yang suka mencuri, atau “ringan tangan” bagi yang suka membantu. Istilah itu ada karena umumnya manusia memiliki tangan. Sekiranya manusia tidak memiliki tangan, maka tidak muncul istilah semacam itu.
Dengan demikian, anggaplah diterima takwil dari kalangan yang menolak sifat tangan bagi Allah, yang menakwilkan Tangan Allah sebagai nikmat atau kekuasaan, maka kita jawab bahwa tidaklah “tangan” itu dijadikan pengungkap untuk “kenikmatan” dan “kekuasaan” sesuatu, kecuali karena sesuatu itu benar-benar memiliki tangan. Sekiranya sesuatu itu tidak memiliki tangan, maka tidak muncul ungkapan yang demikian. Dengan demikian, itu menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat tangan, yang tentu saja tangan-Nya itu berbeda dengan tangan makhluk.
BACA JUGA:
Ketika membahas ayat ini, Ibnu Jarir Ath-Thabari, pemuka ahli tafsir, menyebutkan bahwa ada sebagian kalangan yang menafsirkan “tangan” dengan “kekuasaan” atau “kenikmatan”, kemudian beliau menyanggah pandangan ini bahwa yang benar adalah makna kedua tangan yang hakiki (bukan majasi atau kiasan). Karena itulah Allah berkata kepada iblis, sebagaimana dalam Surah Shad (38): 75:
قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ
“(Allah) berfirman, ‘Wahai iblis apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganku?’”
Tidak mungkin jika diartikan, “Wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah aku ciptakan dengan kedua nikmatku atau kekuatanku?”
Bagaimana mungkin dipahami nikmat atau kekuasaan Allah hanya dua? Padahal, nikmat dan kekuatan Allah tidak terhingga.
Jika diartikan dengan demikian maka iblis juga mungkin menyanggah: Lantas apa bedanya ia dengan Adam, yang juga sama-sama diciptakan dengan nikmatnya dan kekuatannya?
Namun, karena tangan yang dimaksud adalah tangan yang hakiki, iblis pun tidak bisa membantah. Iblis tahu bahwa dia tidak diciptakan dengan kedua tangan Allah. Bahkan, Allah ber-hujjah bahwa diperintahkan bersujud kepada Adam karena Allah menciptakannya dengan penciptaan spesial, dengan kedua tangan-Nya.
Dengan demikian, jika seseorang menolak sifat tangan bagi Allah dan menakwilkannya, hilanglah keistimewaan Nabi Adam.
Allah berfirman,
يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ
“Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki”.
Allah memberikan rezeki sebagaimana yang Dia kehendaki. Allah Maha Pemurah, tetapi bukan lantas berarti Allah memberikan kekayaan yang sama kepada semua orang. Allah memberikan rezeki kepada para hamba-Nya sesuai dengan hikmah-Nya dan kemaslahatan mereka. Jika Allah memberikan kekayaan kepada semua orang, maka manusia akan semakin berbuat zalim di bumi ini. Allah berfirman dalam Surah Asyura (42): 27:
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
“Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada para hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang dikehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”
Firman Allah,
وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ
Dan (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhahakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka.”
Inilah di antara hukuman berat Allah kepada orang-orang Yahudi. Padahal, Al-Quran adalah kitab suci yang berisi hidayah. Allah berfirman dalam Surah Al-Isra (17) ayat 9:
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ
“Sungguh, Al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus.”
Seharusnya Al-Quran memberikan petunjuk kepada orang-orang Yahudi. Tetapi, keadaannya justru terbalik. Semakin banyak ayat yang turun kepada Rasulullah ﷺ maka mereka semakin kufur terhadap beliau. Mereka tahu Muhammad ﷺ adalah nabi yang mereka tunggu.
Dengan demikian, di antara hukuman yang Allah berikan kepada orang Yahudi adalah:
Pertama, mereka menjadi sangat pelit. Meskipun mereka kaya raya, untuk urusan pengeluaran uang mereka sangat pelit dan perhitungan. Jika mereka mengeluarkan uang maka harus kembali dengan lebih banyak lagi. Inilah tabiat mereka.
Kedua, semakin banyak ayat yang turun kepada Nabi Muhammad maka mereka semakin membangkang. Allah berfirman,
وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ
Dan (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhahakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka.”
Ketiga, hati mereka saling bermusuhan.
Allah berfirman,
وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ
“Dan kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai Hari Kiamat
Berdasarkan ayat ini, patut diyakini bahwa orang-orang Yahudi saling bertengkar di antara mereka sendiri sekarang, bahkan hingga Hari Kiamat.
BACA JUGA: Gejolak Dunia, Tanda Awal Kehancuran Yahudi Israel?
Dahulu kalangan Yahudi di Madinah terbagi menjadi tiga suku: Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Terkadang terjadi pertikaian di antara ketiga suku ini sehingga sebagian mereka, seperti Bani Qainuqa’ berkoalisasi dengan suku Al-Khazraj, sedangkan Bani Quraizhah berkoalisasi dengan suku Al-Aus, dan terjadilah pertengkaran di antara mereka. Padahal, mereka sesama Yahudi serta sama-sama tinggal di Madinah dan menunggu kedaulatan Nabi Muhammad ﷺ.
Oleh karenanya, Allah menceritakan tentang penyerangan Bani Nadhir dalam Surah Al-Hasyr (54) ayat 14:
تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ
“Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang tidak mengerti.”
Firman Allah,
كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
” Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa kalangan Yahudi tidak akan mampu memenangkan perang untuk menguasai dunia. Wallahu ‘alam. Tiap kali mereka menyalakan api perang untuk menguasai dunia, maka Allah memadamkannya. Sekalipun mereka mampu menguasai bidang ekonomi, perdagangan, komunikasi, dan seterusnya, tetapi untuk memenangkan perang dalam rangka menjajah dunia, maka mereka tidak mampu.[]
SUMBER: TAFSIR AT-TAYSIR SURAH Al-MA’IDAH | PUSAT STUDI QURAN