SEMULA banyak orang berpikir bahwa hasil usaha dia adalah seukuran kerja, seukuran usaha, seukuran proyek, seukuran dagangan, atau seukuran modalnya. Begitulah selama ini pikiran kita bekerja. Tidak pernah terpikirkan atau jarang terpikirkan bahwa hasil usaha bisa diperbesar lewat jalan ibadah, dan jalan usaha bisa diperluas lewat jalan ibadah!
Ya, banyak di antara kita yang tidak berani berpikir bahwa jalan ibadah bisa menambah dan memperluas rezeki. Yakin, barangkali iya. Maksudnya, iya yakin bahwa “jalan ibadah bisa menambah dan memperluas jalan rezeki”, tapi membicarakannya hingga “menjadi sebuah metode”, menjadi sebuah solusi yang “diataskertaskan”, tidak sedikit yang kurang berani. Entahlah, atau saya yang “terlalu berani?”
Padahal sebagai sebuah petunjuk, Al-Qur’an adalah petunjuk,
“(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil…” (QA. Al-Baqarah : 185)
Tentu saja termasuk “petunjuk” untuk mencari rezeki dari Yang Maha Memiliki segala perbendaharaan rezeki. []
Sumber : An Introduction to The Miracle Of Giving/Ust. Yusuf Mansur/Penerbit : Zikrul Hakim tahun 2008