IMAM Abu Ḥamid Muḥammad bin Muḥammad bin Muḥammad al-Gazali aṭ-Ṭusi menceritakan dalam kitab Iḥya’ ‘Ulum ad-Din bahwa suatu ketika Iblis bertemu dengan Nabi Musa as. seraya berkata, “Wahai Musa, engkau adalah orang yang telah dipilih oleh Allah dengan risalahNya dan diberikan keistimewaan bisa berbicara denganNya secara langsung. Sementara aku adalah makhluk Allah yang telah durhaka kepadaNya. Oleh karena itu, tolonglah aku agar Allah mau mengampuni dosa-dosaku.”
Mendengar permintaan Iblis tersebut, Nabi Musa pun menyanggupinya. Kemudian beliau menaiki sebuah gunung dan berbicara kepada Allah di sana. Ketika mau turun dari atas gunung, Allah berfirman kepada beliau, “Sampaikanlah amanah yang telah engkau terima.”
BACA JUGA: Iblis di Balik Berhala Pertama dalam Sejarah Manusia
Nabi Musa langsung menjawab, “Ya Tuhanku, hamba-Mu, Iblis, menghendaki agar diampuni dosa-dosanya.“ Allah berfirman kepada beliau, “Wahai Musa, sungguh Aku telah menerima dan mengabulkan permintaanmu. Suruhlah dia bersujud kepada kuburan Adam sampai dia (Adam) menerima tobatnya.”
Setelah itu, Nabi Musa bertemu dengan Iblis dan berkata, “Wahai Iblis, aku telah melaksanakan permintaanmu. Allah memerintahkanmu untuk bersujud kepada kuburan Nabi Adam sampai dia menerima tobatmu.” Mendengar penjelasan itu, Iblis marah dan takabur sambil berkata, “Ketika Adam masih hidup, aku tidak mau bersujud kepadanya. Apalagi sekarang dia sudah mati!” Kemudian dia berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya aku berutang budi kepadamu karena telah menolongku untuk menghaturkan tobatku kepada Tuhanmu.”
Oleh karena itu, ingatlah kepadaku ketika engkau berada dalam tiga hal, maka aku tidak akan mencelakakanmu, yaitu:
Pertama, ingatlah kepadaku ketika engkau marah. Karena ruhku ada dalam hatimu, mataku ada dalam matamu dan aku menjelajahi tubuhmu melalui peredaran darah. Ingatlah kepadaku ketika engkau marah. Karena sesungguhnya ketika manusia marah, aku meniup mulutnya, sehingga dia tidak bisa mengontrol dirinya.
Kedua, ingatlah kepadaku ketika engkau sedang susah (sulit). Karena sesungguhnya aku mendatangi anak Adam ketika sedang susah, di mana aku mengingatkannya kepada istrinya, anak-anaknya dan seluruh keluarganya. Sehingga dia mengambil jalan pintas dan berpaling dari jalan yang benar.
Dan ketiga, waspadalah ketika engkau duduk berduaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Karena sesungguhnya dia merupakan utusanku kepadamu agar engkau menggodanya. Di mana aku tidak akan pergi barang sebentar sampai aku sukses menodaimu melaluinya dan menodainya melaluimu.
Pernyataan Iblis ini, menurut Imam al-Gazali, mengindikasikan tiga hal yang menjadi pintu masuk Iblis untuk menguasai dan menjerumuskan manusia, yaitu marah, rakus, dan syahwat.
Hal ini sesuai dengan komitmen awal Iblis ketika diusir dari surga untuk menghalangi umat manusia dan menyesatkan mereka dari jalan yang benar secara terus menerus, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an,
BACA JUGA: Asal-usul Nama dan Campur Tangan Iblis dalam Penciptaan Adam
“(Iblis) menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, (QS. 7:16) kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS al-A’raf: 16-17).
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan-nya manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia (QS an-Nas: 1-6).” Wa Allahua’lam. []
SUMBER: BINCANG SYARIAH