IBNU Batutah yang bernama lengkap Muhammad Abu Abdullah bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi adalah penjelajah dunia ini berasal dari Maroko.
Berawal dari menunaikan ibadah haji, Ibnu Batutah memulai perjalanannya di usia 21 tahun. Geoge Sarton, sejarawan Barat, mencatat bahwa perjalanan Ibnu Batutah mencapai 120.000 kilometer melintasi 44 negara dalam waktu 30 tahun.
BACA JUGA:Â Kala Ibnu Batutah, Sang Petualang Dunia Singgah di Nusantara
Ibnu Batutah sempat terdampar di Indonesia, tepatnya di Kerajaan Samudera Pasai yang saat itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Malik Zahir. Sultan Malik Al- Zahir merupakan salah satu dari tujuh raja yang dikagumi olehnya, karena Sultan Malik Al-Zahir dinilai berpengetahuan luas dan mendalam. Berikut adalah penemuannya:
Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah.
Kedatangannya mendapat sambutan hangat dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai. Sultan Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memiliki ghirah (semangat) belajar yang tinggi untuk menuntut ilmu-ilmu Islam kepada ulama.
BACA JUGA:Â Ibnu Batutah, Sang Pengembara Dunia yang Belum Tertandingi
Samudera Pasai saat itu menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara. Pusat studi Islam yang dibangun di lingkungan kerajaan menjadi tempat diskusi antara ulama dan elit kerajaan.
Pedalaman Sumatra kala itu masih dihuni masyarakat non-Muslim. Ada beberapa perilaku masyarakat yang mengerikan, seperti bunuh diri massal yang dilakukan hamba ketika pemimpinnya mati. []
Sumber: ajaibdananeh