KARANTINA merupakan salah satu cara yang dianggap efektif untuk mengatasi penyebaran penyakit yang disebabkan virus. Demikian juga saat ini, ketika wabah Covid-19 yan disebakan virus corona menyebar ke seluruh dunia, World Health Organization (WHO), pakar medis, dan pemerintah di berbagai dunia menggaungkan karantina.
Kebijakan karantina mandiri di rumah masing-masing atau physical distancing saat ini digemakan dan diterapkan guna mencegah penyebaran virus corona.
BACA JUGA:Â Metode Vaksinasi, Siapa Penemunya?
Metode karantina, sejatinya sudah ada sejak masa dulu. Ilmuwan dan pakar medis muslim sudah mengenalkan metode karantina sejak berabad-abad lalu. Salah satunya adalah Ibnu Sina atau dikenal di barat dengan sebutan Avicenna.
Ibnu Sina berasal dari Persia (Iran). Ia hidup antara 980-1037, juga dikenal sebagai bapak kedokteran modern awal. Salah satu ide awal yang pernah Ibnu Sina ajarkan adalah motode karantina untuk mencegah penyebaran penyakit. Ia mengajarkan, guna mencegah penyebaran penyakit antar sesama manusia diperlukan karantina atau isolasi orang yang berpenyakit itu selama 40 hari.
Ibnu Sina menyebut metode karantina 40 hari ini sebagai al-Arba’iniya (empat puluh). Oleh karena itu, asal usul metode yang saat ini digunakan di banyak dunia untuk memerangi pandemi virus corona yang mengharuskan masyarakat dunia untuk melakukan karantina mandiri dengan tinggal di rumah saja, salah satu sumbernya berasal dari pemikiran Ibnu Sina.
BACA JUGA:Â Di Usia Lima Tahun, Ibnu Sina Sudah Menghafal Al-Qur’an
Dikenal sebagai pelopor ilmu kedokteran eksperimental, Ibnu Sina juga melakukan penemuan penting. Salah satunya penemuan tentang tuberculosis (TBC).
Maha karya Ibnu Sina yang masih jadi rujukan hingga saat ini adalah Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan) dan The Canon of Medicine. Dua buku ini menjadi warisan penting bagi dunia kedokteran di Timur maupun Barat. Bahkan buku The Canon of Medicine yang dalam bahasa Arabnya Al-Qanun fi Tibb dianggap sebagai buku kedokteran eksperimental paling penting dalam sejarah. Saking pentingnya, buku itu menjadi kitab suci dunia pengobatan Islam dan Eropa hingga abad ke-17. Buku tersebut dipakai oleh para dosen kedokteran di Barat untuk memperkenalkan prinsip-prinsip dasar sains. Di antara isinya tentang teori dan praktik kedokteran seperti ilmu anatomi, ginekologi, dan pediatri. []
SUMBER: SIASAT