Oleh: Fitri Amalia
fialiamarfi@gmail.com
SETIAP orang akan selalu menghadapi pilihan dalam hidupnya. Semakin tinggi kedudukannya semakin sulit pula pilihan yang harus dia pilih. Terbayang seorang presiden di kesehariannya tentu sangat banyak keputusan yang memerlukan pilihan yang tepat untuk kemaslahatan orang banyak. Lalu bagaimana dengan seorang ibu rumah tangga yang kerjanya hanya muter di rumah? Sejauh mana pilihan-pilihan itu?
Berikut ini gambaran pilihan yang seringkali hadir pada kehidupan ibu-ibu kebanyakan. Mulai dari bangun tidur saat pertama kali membuka mata adalah pilihan apa yang pertama kali ingin dilakukan? Pekerjaan bersih-bersih rumah, masak, mempersiapkan segala untuk aktivitas anak dan suami atau meletakkan Allah pada awal pilihan kita saat membuka mata dengan kata lain
“Aku mau wudhu, mau shalat dulu!”
Setelah shalat pun akan kembali berbenturan dengan pilihan, akan sedikit membaca beberapa ayat Al-Qur’an dulu atau langsung beraktivitas? Saat ini biasanya seorang ibu akan langsung ke dapur untuk masak karena pikiranya membaca Qur’an masih bisa dilakukan nanti selepas Dhuha. Saat Dhuha biasanya seorang ibu akan begitu sibuknya mengerjakan aktivitas pekerjaan rumahnya. Pada saat inilah pilihan harus tepat. Terus beraktivitas atau berhenti sejenak untuk shalat Dhuha, syukur-syukur disertai Dzikir pagi dan sedikit bacaan Al-Qur’an.
Tapi sebagian ibu lainnya ada yang memilih terus saja beraktivitas dan berakhir dengan shalat Dhuha di waktu mepet atau terlewat sama sekali. Bahkan ada juga kelompok Ibu yang semangat mengerjakan hobinya muncul di pagi hari sehingga beres-beres rumah dan Dhuha tertinggal semua.
Lalu ketika adzan Dzuhur menggema, seorang ibu yang meskipun hanya di rumah saja tetapi banyak aktivitasnya sering sulit memberi pilihan untuk langsung shalat. Ia lebih suka memilih lanjut mencuci, masak atau bahkan lebih suka makan dahulu padahal tidak terlalu lapar, atau mendadak mata jadi ngantuk.
Hanya dengan semangat yang kuatlah pilihan shalat tepat waktu bisa dipilih.
Begitu pula saat waktu-waktu shalat yang lain, Allah akan selalu berdampingan dengan kepentingan dunia. Lalu diri ini akan selalu berat memilih. Maka perlahan-lahan mari kuatkan diri, berusaha sekuat tenaga untuk selalu bisa memilih Allah pada posisi pertama. []
Bengkulu 30 May 16