SIAPA ibu kita?
Seorang penjahatkah?
Seorang budakkah?
Atau seseorang yang mulia?
***
Viralnya kasus seorang anak yang menuntut ibunya ke pengadilan karena masalah utang piutang sungguh menyentak kita semua. Betapa tega si anak. Sadis. Padahal di ibulah letak ridho dan kebahagiaan kita.
Apakah kasus ini baru pertama terjadi? Sepertinya tidak. Pernah ada kasus serupa yang terjadi dan banyak kasus-kasus lain sejenis yang lumrah terjadi di masyarakat. Tindakan memidanakan seorang ibu yang melahirkan kita terdengar sungguh kejam dan durhaka yang kelewat batas.
Ada apa sebenarnya di balik kisah itu hingga si anak menuntut si ibu. Pastinya persoalan tak sesederhana itu. Pasti telah ada runtutan yang panjang sebelum si anak benar-benar telah sampai di puncak kedurhakaan.
Pada banyak kisah, seorang ibu yang lebih membela anak lain-menurut paham anak yang merasa dianaktirikan-sangat menyakiti perasaan anak lainnya. Dalam persoalan uang, pihak ibu biasanya jadi tumbal dalam pertikaian anak. Ada anak A yang meminta si ibu untuk meminjam pada anak B.
Persoalan kian berlanjut ketika utang itu bermasalah. Si ibu terkadang membela salah satu pihak tentu dalam alasan kasih sayang. Anak yang merasa dikalahkan pun memberontak.
Cara pendidikan dari orangtua juga sangat mempengaruhi bagaimana seorang anak menghargai orang lain atau tidak. Sayangnya bila anak tidak terdidik untuk menghargai orang lain, otomatis dia pun belajar untuk tak menghormati orangtuanya.
Permasalahan uang yang berlanjut ke pengadilan seperti di atas tampak hal yang heboh, namun sadarkah kita bila ada hal miris yang lebih banyak lagi terjadi? Tak sebatas menganggap ibu sebagai penjahat hingga menuntutnya, namun menjadikan ibu sebagai budak pun sungguh sebuah kedzaliman.
Ibu yang banyak diperlakukan bagai budak oleh anak sendiri. Usia renta namun diberi tugas mengasuh anak-anak kita bahkan memasakkan dan mengurus rumah kita. Jangankan memijat tubuh ibu yang lelah di usia tuanya, yang sering terjadi pihak anak masih juga dirawat ketika sakit meski telah dewasa. Tanpa merasa bila semua tugas yang kita bebankan menyiksa mereka. Apakah seorang ibu akan mengeluh? Tidak. Banyak ibu yang hanya diam demi rasa kasih sayang meski anak memperlakukannya seperti budak.
Apakah selalu pihak anak yang salah saat menjadi durhaka pada orangtuanya? Pihak orangtua pun punya andil besar atas terbentuknya sifat itu.
Apakah anak berhak memperlakukan orangtuanya bagai penjahat saat dia merasa tertindas? Atau anak memperlakukan ibunya bagai budak dianggap lumrah?
Satu hal yang pasti dalam islam, bagaimana pun ibumu, takkan pernah kau dapat mengganti setetes air susunya bahkan bila seluruh isi dunia kau berikan. Lalu bila ibu terasa terlalu menyakiti hati kita atas sikapnya, ingatlah bila nyawa telah dipertaruhkannya demi nafas kita di dunia.
Bersabarlah bila orangtua terasa tak adil bersikap pada kita. Terutama lagi, pekakanlah hati tentang bagaimana perlakuan kita pada orangtua. Sudahkah kita memuliakan mereka? Ataukah menganggap mereka budak yang tak berhak merasa lelah dan balas jasa meski kita takkan mampu membalasnya? []