IKAN asin adalah teman nasi 1000 tahun lebih. Benarkah?
Marco Polo (1254-1324), saudagar sekaligus petualang dan pengarang asal Venesia yang berkelana ke berbagai pelosok Asia lewat Jalur Sutra antara tahun 1271 sampai 1295. Kisah-kisah petualangannya dibukukan dengan judul Petualangan-Petualangan Marco Polo, mencatat bahwa ikan di Asia Tenggara adalah yang terbaik di dunia.
Demikian pula Ma Huan (1380-1460), seorang Tiongkok muslim yang menulis Yingyai Shenglan, kronik perjalanan ekspedisi Laksamana Cheng Ho pada abad ke-15, menyebutkan bahwa ikan di laut Jawa murah dan melimpah.
Arkeolog Indonesia, Titi Surti Nastiti, menjelaskan ikan asin sudah ada sejak abad VIII Masehi, sejarahnya terkait aktivitas ekonomi dan sosial masyakarat. Ikan asin sudah menjadi komoditi yang dikonsumsi dan dijualbelikan.
BACA JUGA:Â Ini 2 Jenis Daging yang Dijadikan Obat pada Masa Ottoman
Eksistensi ikan asin juga terpahat dalam prasasti, misalnya Prasasti Pangumulan, tahun 824 saka atau 902 Masehi dan Prasasti Rukam tahun 829 saka atau 907 Masehi.
Kedua prasasti tersebut mencatat istilah ikan asin yang dikeringkan disebut grih atau dendain. Orang Sunda menebutnya lauk asin, orang Jawa menyebutnya gereh. Sedangkan ikan yang dikeringkan disebut dendeng.
Kakawin Bhomakawya mencatat bahwa ikan itu dikeringkan dan diasinkan sebelum disantap.
Apakah hanya diasinkan? Tidak. Ada pula yang dipindang, juga ikan yang dikeringkan dengan rasa tawar.
Selain sebagai santapan dan lauk pauk sehari-hari, ikan asin juga dihidangkan dalam upacara sakral seperti sukuran atau persembahan.
Ada rumor di masyarakat Sunda bahwa kalau bikin makanan keasinan suka diguyonin pingin cepet nikah. Terutama jomblo.
Lho, apa hubungannya?
BACA JUGA:Â Â Kesal Ikan Asin Tak Kunjung Matang, Pria di Cengkareng Aniaya Istri
Eh hujan gerimis aje
Ikan bawal diasinin
Eh jangan menangis aje
Bulan depan dikawinin
Aamiin. []
Sebagai sarana komunikasi dengan penulis, sila di sini: ig: @dedengjuheri , fb: Ki Dedeng Juheri. Hatur nuhun.