IKHLAS dalam islam menjadi salah satu syarat penting dalam beramal dan beribadah sehingga seorang muslim harus senantiasa menjaganya.
Ikhlas dalam islam, syarat diterimanya amalan ibadah adalah ikhlas dan mengikuti sunnah atau tuntunan Rasulullah ﷺ.
Tanpa salah satunya, amalan menjadi tidak sempurna. Ikhlas menunjukkan jika amalan dilakukan semata-mata hanya untuk Allah SWT.
Sementara itu, mengikuti tuntunan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam ibadah adalah keharusan.
Ibadah tidak bisa diada-adakan sendiri. Pasalnya, terkait ibadah, kaidah usul fikih mengatakan hukum asal ibadah adalah terlarang. Suatu ibadah tidak disyariatkan, kecuali ibadah yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Terkait dengan ikhlas, menurut Ibnu Faris dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah, bermakna mengosongkan sesuatu dan membersihkannya. Menurut Hamka, arti ikhlas adalah bersih dan tidak ada ikut campur sesuatu apa pun.
Sementara menurut Abu Thalib Al Makki, seperti dikutip dari laman NU, ikhlas mengandung pemurnian agama dari hawa nafsu dan perilaku menyimpang, pemurnian amal dari bermacam-macam penyakit dan noda yang tersembunyi, pemurnian ucapan dari kata-kata yang tidak berguna, dan pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Prof. Dr. M. Quraish Shihab menganalogikan ikhlas dengan sebuah gelas yang dipenuhi dengan air bening. Di situ, air tampak murni jernih tanpa bercampur dengan zat lain apa pun.
Begitu pula saat seseorang ikhlas, dia melakukan amalan hanya untuk mencari ridho Allah dan tanpa motivasi apa pun selain itu.
Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa ikhlas, terutama dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Perintah ini disampaikan Allah melalui firman-Nya dalam beberapa ayat Al Quran, salah satunya yang tercantum dalam Surat Al A’raf ayat 92 berikut ini.
Baca JUGA: Berikut Ayat-ayat Al-Quran tentang Sifat Ikhlas
“Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.”
Lantas, apa sebenarnya makna ikhlas itu sendiri?
Secara bahasa, ikhlas artinya bersih, suci, jernih, atau tidak ternoda. Sedangkan, secara istilah, ikhlas adalah sesuatu yang murni dan tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya.
Mengutip buku Dahsyatnya Ikhlas oleh Mahmud Ahmad Mustafa (2009), pengertian ikhlas juga disampaikan oleh ulama Abi Qasimy al-Qusyairi. Ia berkata, “Ikhlas adalah menjadikan tujuan taar satu-satunya hanyalah kepada Allah SWT. Dan ingin mendekatkan diri kepada Allah. Bukan untuk mendapat pujian.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ikhlas adalah melakukan sesuatu dengan mengharap ridha Allah semata dan tidak mengiringinya dengan pengharapan terhadap ridha dari selain Allah.
Sejatinya, ikhlas tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, karena ikhlas datangnya dari hati. Hanya Allah dan umat-Nya lah yang mengetahui keikhlasan tersebut.
Mungkin saja, di bibir seseorang dapat mengatakan dirinya ikhlas meskipun dalam hatinya tidak demikian. Namun, Allah Maha Mengetahui segalanya.
Ikhlas juga tak terbatas dalam perkara ibadah seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan amal ibadah lainnya, tetapi juga menyangkut amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah (kehidupan sosial). Misalnya tersenyum kepada orang lain, menolong sesama, dan sebagainya. Begitupun ketika dihadapi dengan cobaan, umat Muslim harus menerimanya dengan ikhlas.
Ikhlas dalam Islam: Tingkatan Ikhlas
Syekh Muhammad Nawawi Banten dalam kitabnya Nashaihul Ibad membagi ikhlas menjadi tiga tingkatan. Pertama, tingkatan paling tinggi atau ikhlasul muhibbin, yakni membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk (manusia). Maksudnya, pada tingkatan ini orang yang melakukan ibadah tidak memiliki tujuan apapun selain karena ingin menuruti perintah Allah.
Ia tak pernah memikirkan balasan atas amalnya itu, bahkan tak memedulikan apakah kelak ibadahnya itu akan membawanya ke surga atau neraka. Sebab, ia hanya mengharapkan ridha Allah SWT semata.
Ikhlas dalam Islam: Tingkat ikhlas yang tertinggi.
Saat seseorang mampu membersihkan perbuatan atau amalaanya dari perhatian manusia lain. Tingkat ikhlas yang tertinggi, yaitu saat seseorang mampu membersihkan perbuatan atau amalaanya dari perhatian manusia lain.
Dia beramal seakan tidak ada yang diinginkan dari ibadahnya selain menjalankan perintah Allah dan melakukan hak penghambaan.
BACA JUGA: Inilah 3 Penyebab Sulitnya Berbuat Ikhlas yang Perlu Diketahui oleh Setiap Muslim
Ikhlas dalam Islam: Tingkatan kedua atau pertengahan.
Orang yang melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian-bagian di kehidupan akhiratnya. Contohnya adalah meminta dijauhkan dari siksa api neraka dan termasuk sebagai penghuni di dalam surga dengan menikmati berbagai macam kelezatannya. Ada pamrih, namun pamrihnya untuk kehidupan setelah kematian.
Ikhlas dalam Islam: Tingkatan ketiga, yaitu orang yang melakukan perbuatan atau amalan karena Allah agar diberi bagian duniawi.
Misalnya orang beribadah untuk mencari kelapangan rizki dan terhindar dari hal-hal yang menyakitkan. Untuk menjadi ikhlas dalam melaksanakan berbagai amalan atau ibadah adalah hal yang gampang-gampang sulit.
Pasalnya, setan akan selalu menggoda hati manusia untuk memunculkan sifat riya’ atau pamer dengan amalan. Dengan begitu, seseorang menjadi bersemangat saat amalannya dilihat yang orang lain.
Sebaliknya, setan juga menggoda agar seseorang menangguhkan diri untuk beramal dengan membisikkan ketakutan terhadap riya’ saat beramal.
Ketika godaan itu berhasil, orang justru meninggalkan amalan shalih gara-gara takut dikatakan riya’. Sebaiknya, amalan atau ibadah tetap dilaksanakan dan berusaha menjaga hati untuk tetap ikhlas sekuat tenaga. []