Kebanyakan dari manusia selalu saja memuji apapun yang bagus dan yang terlihat , dan tidak akan melirik apapun yang tak terlihat, yang tak ada nilainya, walaupun sebenarnya hal itu sangat menguatkan daripada hal yang terlihat tersebut.
Sebagai contohnya begini, jika ada sebuah bangunan yang desainnya bagus dengan yang biasa saja pasti kebanyakan manusia akan memuji bangunan yang desainnya bagus tanpa mereka peduli apakah besi yang dipakai dalam bangunan tersebut bagus atau tidak, kokoh atau tidak, padahal besi pun bisa mempengaruhi kokohnya sebuah bangunan.
Lalu bagaimana jika besi yang dipakai antara bangunan yang desainnya bagus, catnya bagus ternyata lebih baik kualitasnya dengan bangunan yang desainnya biasa saja, apakah manusia akan memujinya?
Semua itu tentu memang tak terlihat dan tak akan dianggap manusia, namun ternyata hal itu bermakna tanpa manusia seperti. Seperti itulah melakukan sebuah amal ada yang terlihat dan ada yang tak terlihat, yang terlihat selalu mendapat pujian dan yang tak terlihat tak mendapat pujian. Lalu, apakah kita mampu berada di posisi tersebut?
Dalam hal melakukan amalan baik pun sebenarnya kita harus melakukannya dalam kesunyian, cukup Allah saja yang tahu tentang amalan yang sudah kita lakukan. Tak perlu orang lain melihat segala amalan yang telah kita perbuat, tak perlu harus mendapat pujian, inilah makna dari semuanya hanya untuk Allah.
Hal ini memiliki keterkaitan antara iman dan ikhlas. Iman hanya akan meningkat dengan ilmu, karena buah dari ilmu ialah amal. Sehingga jika ingin ilmu selalu menambah, maka kita haruslah mengamalkannya dalam kehidupan. Lalu puncak dari amal ialah ikhlas, karena kita berniat melakukan kebaikan tanpa mintanya balasan atau pujian dari manusia, sebab semua itu dilakukan hanya untuk dekat pada Allah. []
Redaktur: Nuryani