Oleh: Nur Faida, S.Pd
PPKn S1 Universitas Negeri Makassar (UNM)
nurfaidaida80@gmail.com
PERNAH kehilangan barang?
Pernah ditinggal meninggal orang yang dicintai?
Pernah kehilangan ditinggal menikah?
Terpekur dirimu kehilangan. Kehilangan sebagai rasa sesak atas sesuatu yang dicabut atau tidak sengaja hilang darimu tiba-tiba. Rasanya waktu seasakan berhati. Prasangka buruk menelusup dijiwamu. Yah, setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan. Kehilangan yang tidak pernah diharapkan dalam dirinya.
Kehilangan dapat berupa benda secara fisik atau seseorang dalam hidup yang Allah panggil. Misalnya dirimu memiliki Al-Qur’an yang telah membersamai 3 tahun. Tapi, ternyata tiba-tiba menghilang. Bisa pula cincin kesayangan yang tiba-tiba terjatuh dan hal lainnya. Benda fisik saja begitu memberatkan kepala dan hati apalagi jika nilai sejarah dan materialnya fantasis. Rasa-rasanya mau menangis. Bukankah begitu?
BACA JUGA: 6 Ciri Orang Ikhlas
Apalagi ditinggal menikah orang yang dicintai atau kehilangan orang yang dicintai dengan kematian yang tiba-tiba, kehilangan orangtua, saudara dan teman. Kehilangan menjadi mimpi buruk dihari-hari berikutnya dan begitu berat mengikhlaskan kepergiannya.
Menghadapi kehilangan tidaklah mudah. Rasa lebih dipenuhi pada diri daripada logika. Namun, menghadapi segalanya dengan sabar dan prasangka baik itu lebih baik. Ingatlah pesan Nabi:
“Sesungguhnya semua urusannya baik dan ini bukan untuk siapa pun kecuali orang beriman. Jika sesuatu kebaikan/kebahagiaan menimpanya, dan dia bersyukur maka itu baik untuknya. Jika sesuatu yang merugikan menimpanya, dan dia sabar maka itu baik untuknya,” (HR. Muslim).
Kemudian, bukankah semua ini adalah titipan? Barang-barang yang kita miliki adalah titipannya Allah, kenapa kita begitu berat mengikhlaskan? Saat Allah menginginkan kembali barang tersebut, belajarlah mengikhlaskan barang tersebut jika diri telah berikhtiar.
Bisa jadi, ada orang lain yang membutuhkan barang tersebut. Kemudian, mengikhlaskan kematian orang yang dicintai adalah kelapangan hati yang harus dijaga dalam diri. Bukankah semuanya titipan Allah? Ikhlaskan yang menjadi takdirnya Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Dialah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan, jadi Dia dapat menguji Anda siapa di antara Anda yang terbaik dalam perbuatan. Dan Dialah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk:2)
Mengikhlaskan kehilangan adalah pembelajaran menata hati. Bahwa apa yang hari ini ditangan kita dan orang yang membersamai bisa Allah ambil tiba-tiba. Maka, jangan berhenti belajar ikhlas. Ingat bahwa semuanya adalah titipan.
Untuk setiap skenario kehilangan yang Allah titipkan padamu. Ada hadiah hikmah yang akan menunggu nantinya, dirimu yang belajar lebih bersabar, bertambah lebih kuat jiwanya, kedewasaan yang terpancar, maka tumbuhkan keikhlassn, kesabaran dan prasangka baik pada Allah. Bukan banyak berkeluh kesah dan mencari kambing hitam atas kehilanganmu.
BACA JUGA: Indahnya Hidup Tanpa Takut Kehilangan
“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi,” (Al-Mu’min:55)
Ikhlaskanlah kehilangan
Atas barang yang telah dirimu jaga
Atas kehilangan orang tercinta
Bukankah semuanya adalah titipan?
Jika ikhtiar telah diperjuangan
Jika doa telah melangit
Tapi jika sudah waktunya
Izinkanlah Allah mengambilnya kembali
Belajarlah wahai diri
Mengikhlaskan kehilangan
Menjadi bahan evaluasi diri
Mendidik diri lebih dewasa
Semoga Allah mengantikan lebih baik
Semoga Allah memberikan hikmah atas setiap kehilanganmu. []