PADA tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 1 Hijriyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah dalam hijrah yang mengikut sertakan pengikut setia beliau, yakni kaum muslimin. Hal ini demi menyelamatkan dakwah Islam dan membebaskan diri dari gangguan kaum Quraisy. Rasulullah tinggal di perkempungan Bani an-Najjar, tepatnya beliau tinggal di rumah Abu Ayyub.
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah di Madinah adalah mendirikan Masjid Nabawi. Dalam pembangunan ini, beliau terjun langsung, membangun, memindahkan batu bata beserta kaum muslimin seraya bersenandung,
BACA JUGA: Ketika Wanita Yahudi Hidangkan Daging Beracun untuk Rasulullah
Ya Allah, tiada kehidupan hakiki melainkan kehidupan akhirat
Karenanya, ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin
Beliau ikut berucap,
Tukang angkut yang ini, bukan tukang angkut Khaibar
Ini orang paling berbakti dan suci di sisi Rabb kami
Ikut sertanya Rasulullah sungguh membangkitkan etos kerja para sahabat dalam membangun Masjid Nabawi, kebahagiaan nampak jelas pada raut wajah semua orang, hingga salah seorang dari mereka menyambut,
Jika kami duduk sementara Nabi bekerja
Sungguh itu merupakan pekerjaan yang tercela
Di lokasi pembangunan masjid tersebut, terdapat bekas kuburan orang-orang musyrik, puing bangunan, pohon kurma dan pohon gharqad. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar kuburan-kuburan kaum musyrik itu dibongkar, puing, pohon kurma dan gharqad tersebut ditebang dan diratakan, lalu membuat shaf yang mengarah ke kiblat.
BACA JUGA: Ketika Abu Jahal Menuruti Apa yang Dikatakan Rasulullah
Ketika itu kiblat umat Islam masih menghadap ke Baitul Maqdis. Dua tiang pintu (kusen) masjid ini terbuat dari batu, dinding-dindingnya terbuat dari batu bata dan tanah liat, atapnya terbuat dari pelepah kurma, tiang-tiangnya dari batang pohon, lantai dasarnya dihampari dengan pasir dan kerikil, terdiri dari tiga pintu, panjangnya dari kiblat hingga ke ujung belakang adalah sepuluh hasta, kedua sisinya juga demikian atau kurang dari itu serta pondasinya kira-kira sedalam tiga hasta.
Beliau juga kemudian mendirikan rumah-rumah di sampingnya, rumah berpetak-petak yang terbuat dari bata, atapnya terbuat dari pelepah kurma dan batang pohon. Itu adalah rumah-rumah untuk istri-istri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah rumah-rumah ini rampung dibangun, beliau pun menempatinya dan pindah dari rumah Abu Ayyub. []
Sumber: Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. 1421 H. Ar-Rahiq al-Makhtum, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم , Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. Jakarta: Darul Haq.