ABDULLAH bin Abbas bercerita, “Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak berwudhu. Lalu aku segera menyiapkan air untuk beliau sehingga beliau senang dengan apa yang kulakukan. Tatkala beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hendak melakukan shalat, beliau memberikan isyarat kepadaku supaya aku berdiri di sampingnya, dan aku pun berdiri di belakang beliau.
“Begitu shalat usai, beliau menoleh ke arahku dan bertanya, “Mengapa engkau tidak berdiri di sampingku, ya Abdullah?”
Aku menjawab, “Engkau adalah manusia terhormat dalam pandanganku dan aku tidak pantas berdiri di sampingmu.”
BACA JUGA: Lenyapnya Ilmu dari Muka Bumi Saat Kiamat
Kemudian Beliau mengangkat kedua tangannya ke arah langit seraya berdo’a, “Ya Allah, berikanlah kepadanya hikmah!”
Allah telah mengabulkan do’a Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga Allah memberikan pemuda Al Hasyimi ini sebagian hikmah yang mengalahkan kehebatan para ahli hikmah terbesar.
Pemuda bernama Abdullah bin Abbas ini telah menempuh semua jalan untuk mendapatkan ilmu, dan mengeluarkan segala kemampuannya untuk meraihnya.
Ia telah meminum air wahyu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selagi beliau hidup.
Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, maka Ibnu Abbas belajar langsung dengan para ulama sahabat.
Ia menceritakan tentang dirinya: “Jika aku mendengar ada sebuah hadits yang dimiliki oleh salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka aku akan mendatangi pintu rumahnya pada waktu qailulah dan aku akan membentangkan selendangku digerbang rumahnya. Maka debu pun beterbangan di atas tubuhku. Kalau aku ingin meminta izin agar diperbolehkan masuk, pasti ia akan mengizinkanku…
“Akan tetapi, aku melakukan hal itu sebagai penghormatan terhadap dirinya. Jika ia keluar dari rumahnya dan melihatku dalam kondisi demikian, ia akan berkata: “Wahai sepupu Rasulullah, apa yang membuatmu datang ke sini?! Apakah engkau tidak berkirim surat saja sehingga aku datang kepadamu?”
Maka aku menjawab, “Aku yang lebih pantas untuk datang kepadamu. Ilmu itu didatangi bukan datang sendiri.”
Kemudian aku menanyakan kepadanya tentang hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagaimana Ibnu Abbas menghinakan dirinya saat menuntut ilmi, ia juga memuliakan derajat ulama.
Inilah Zaid bin Tsabit sang penulis wahyu dan pemuka Madinah dalam urusan qadha, fiqih, qira’at dan al-faraidh yang saat itu hendak menunggangi kendaraannya, lalu berdirilah pemuda Al Hasyimi bernama Abdullah bin Abbas dihadapannya seperti berdirinya seorang budak di hadapan tuannya. Ia memegang kendali tunggangan tuannya.
Zaid berkata kepada Ibnu Abbas, “Tidak usah kaulakukan itu, wahai sepupu Rasulullah!”
Ibnu Abbas menjawab, “Inilah yang diajarkan kepada kami untuk bersikap kepada para ulama!”
BACA JUGA: 5 Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu
Zaid lalu berkata, “Perlihatkan tanganmu kepadaku!”
Ibnu Abbas lalu menjulurkan tangannya. Lalu Zaid mendekati tangan tersebut dan menciuminya seraya berkata, “Demikianlah, kami diperintahkan untuk bersikap kepada ahlu bait Nabi kami.”
Ibnu Abbas telah menempuh perjalanan dalam menuntut ilmu yang dapat membuat unta jantan tercengang…
Masruq bin Al Ajda’ salah seorang tabi’in ternama berkata tentang diri Ibnu Abbas, “Jika aku melihat Ibnu Abbas, menurutku dia adalah manusia yang paling tampan. Jika ia berkata, maka menurutku ia adalah orang yang paling fasih. Jika ia berbicara, menurutku ia adalah orang yang paling alim.” []
Sumber: Kisah Heroik 65 Orang Shahabat Rasulullah SAW/Penulis: Dr. Abdurrahman Ra’fat al-Basya- Penerbit : Darul Adab al-Islami/Penerjemah : Bobby Herwibowo, Lc – PT. Kuwais International, Jl. Bambu Wulung No. 10, Bambu Apus Cipayung, Jakarta Timur 13890 – Telp. 84599981