Oleh: Indra Saputra
indrasaputra2028744@gmail.com
Sebagian mati namun kemuliannya tidak mati
Sebagian hidup diantara manusia sebagai mayat. (Imam Syafi’i)
SEPERTI itulah gambaran seseorang yang memiliki ilmu akan tetapi tidak mau mengamalkan nya.alkisah, sang pakar dengan amat cekatan menunjukkan kepakaran nya di depan sang raja, ia menguasai segala pernik tentang berat jenis bahan, titik berat bentuk,arah dan kecepatan angin berikut dengan gaya dorong yang di tidimbulkannya.
Di hadapan sang raja, ia berhasil menyusun seratus jarum bertumpuk ke atas, ujung yang satu bertumpu pada pangkal yang lain. Seratus jarum bersusun menjulang, tepuk tangan bergemuruh memenuhi balairung kerajaan.
Dehem sang raja metampakan kuasa. kegemuruhan itu serontak menjadi senyap, ‘patih ,hadiahkan 100 kepeng untuk sang pakar. Sertakan pula 100 cambukan untuk nya. 100 kepeng untuk ilmu dan keparannya ,seratus cambukan untuk ke-tak-bergunaan menumpuk 100 jarum.’begitulah sang raja memahami betul bahwa keterampilan tersebut tak berguna saat itu.
BACA JUGA: Pertanyaan Para Penuntut Ilmu
Betapa banyak dari kita yang mempelajari sesuatu ynag kurang bermanfaat dalam hidup. Menghabiskan waktu, tenaga bahkan biaya untuk mepelajari Sesuatu yang sebenarnya tidak di benarkan dalam agama dan manfaat nya tidak relevan bagi kehidupan.
Cobalah lihatlah di televisi kita saat ini, banyak hal-hal nyeleneh yang justru dibanggakan dan dipertontonkan ,lebih parah lagi,hal-hal tersebut malah diberi apresiasi dengan penghargaan-penghargaan bergengsi,begitu mudahnya.
Lihatlah pemecahan rekor, baik rekor MURI atau rekor dunia. Untuk apa manusia harus memanjangkan rambut nya hingga menjadi rambut terpanjang di dunia. Apa manfaatnya? Untuk apa manusia harus menarik mobil dengan gigi nya, apa manfaatnya? Untuk apa manusia yang belajar keterampilan agar kuat mengunyah silet, memecah bata dengan jari, atau beberapa hal lain yang hanya layak jadi tontonan saja ketimbang memiliki manfaat strategis bagi kehidupan.
Jangankan ilmu yang jelas-jelas nyeleneh semcam itu,bahkan Andai ada seorang ulama yang mempelajari suatu ilmu agama namun dengan tujuan agar tampak hebat di mata manusia, maka ia dihukum berdosa dan ilmunya tiada berkah .
Sebagaimana AL-Hafizd Ibnu Rajab mengatakan ,’Adapun ilmu nya tidak bermanfaat, maka tidak ada kesibukan bagi nya kecuali takabur dengan ilmunya terhadap manusia. Serta merendahkan orang lain untuk meninggikan dirinya sendiri,dan ini adalah pencapaian yang paling buruk. Adapun mengenai ciri seseorang memiliki ilmu bermanfaat,Ibnu rajab dan sendiri,masi merasakan banyak kekurangan sehingga membuat dirinya semakin giat belajar dan mengamalkannya.
Lantas, adakah indikator lain yang bisa dijadikan panduan bahwa ilmu yang kita pelajari sudah memiliki manfaat atau tidak dalam hidup,? Dalam kitab ‘Bidayaatus Shalihin’,AL-Imam Abdus Shomad AL-Balibbani menerangkan, ada tujuh ciri ilmu yang bermanfaat [ilmu apapun itu ].tujuh ciri itu adalah, apabila ilmu itu di pelajari maka;
Semakin membuat kita takut kepada allah.
Membuat kita semakin mampu melihat kesalahan dalam diri sendiri.
Menyebabkan kita lebih gemar dan bersemangat dalam beribadah kepada allah.
Membuat kegemaran kita kepada dunia semakin berkurang.
Membuat kita lebih gemar dan terobsesi kepada kehidupan akhirat.
Ilmu tersebut membuka mata hati kita.
Mengantar membuat kita dapat memahami berbagai macam tipu daya setan
Terkadang banyaknya ilmu tak serta-merta menjadikan pemilik nya bijak sana. Bertambahnya ilmu tidak menjadikan dia semakin dewasa menyikapi hidup, bahkan terkadang tidak mendekatkan nya pada kebenaran..pada sebagian orang, ilmunya malah nenjrumuskannya pada kerusakan.
Di antara tanda bahwa ilmu itu berkah adalah ketika ilmu itu mendatangkan kebaikan yang bertambah (ziyadatul khoir). Ketika ilmu itu malah mendatangkan kemudaratan bagi diri maupun orang lain, maka patutlah intropeksi diri,apakah selama ini kita udah mentut ilmu dengan benar? Patutlah mawas diri, apakah kita selama ini memiliki motif menuntut ilmu yang benar ,karna ilmu yang manfaat hanya bisa diperoleh ketika seorang pembelajar memusatkan motif atau niat nya, untuk menggapai keridaan Allah.
BACA JUGA: Ilmu Itu Didatangi, Bukan Datang Sendiri
Untukmu wahai kawan yang sekolahnya,kuliahnya, serta segala pendidikan yang di jalani hanya demi mendapat kerja yang layak dan jabatan yang tinggi, hendaklah belajar, bahwa bukan di sana kenikmatan dan kebahagiaan itu bertumpu. Betapah hebatnya jika kita menjadikan ilmu sebagai bekal hidup, sejak dunia,hingga menggapai surga.
Ilmu yang bemanfaat akan abadi sepanjang masa, ia akan menjadi amal dari para pembelajar sejati. Ia abadi,ia terwarisi dari genersi ke generasi.pahala nya mengalir meski jasad berkalang tanah. Bukan kan Rasulullah pernah mengatakan ‘Apabila meninggal anak Adam terputuslah amalannya kecuali tiga hal; sedekah jariyah,ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Muslim). []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.