IMAM Syafii adalah ulama yang luar biasa. Ia hafal Al Quran sejak usia tujuh tahun dan hafal Al Muwatha’ sejak usia 12 tahun.
Sejak kali pertama bertemu Imam Syafii, Imam Malik telah dibuat terkesima. Bagaimana tidak, anak seusia itu telah menghafal kitabnya. Anak itu juga dengan cepat menghafal seluruh yang diajarkan Imam Malik dan memiliki pemahaman yang sangat baik untuk mengambil hukum. Maka beberapa tahun kemudian, ia mendapat otoritas memberi fatwa.
Tak seorang ulama pun yang berjumpa dengan Imam Syafii melainkan mengakui ilmunya. Selain menguasai seluruh hadits shahih yang didengarnya. Ibnu Khuzaimah pernah ditanya tentang Imam Syafii, ia menegaskan tidak ada hadits shahih yang diketahuinya kecuali telah ditulis Imam Syafii dalam kitab-kitabnya. Atau diajarkan Imam Syafii melalui lisannya.
BACA JUGA: Pelajaran Pertama Imam Syafii pada Putra Khalifah
Asy Syafii dikenal sebagai nashir as-sunnah, sang pembela sunnah. Bukan hanya karena paling banyak menghafal hadits di zamannya tetapi juga karena berhasil membela sunnah dengan hujjah yang brilian. Para ulama ashabul hadits di Baghdad yang semula tertekan di bawah ulama ahlu ra’yu, terbangun dan mendapat angin segar sejak kedatangan Imam Syafii di kota itu.
Ulama yang memiliki nama asli Muhammad bin Idris itu juga mendapat gelar al mujaddid. Dialah sang pembaharu, bukan hanya sekedar ahli fiqih. Kitab Ar Risalah dan Al Umm adalah dua karya monumental dari sekitar 174 judul kitab yang ditulisnya.
Salah satu keunggulan Imam Syafii adalah tak pernah salah dalam hafalan hadits bahkan syairnya. Kemuliaan itu ia dapatkan sejak bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendapatkan berkah air liur beliau.
Suatu malam, Imam Asy Syafii bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Hai pemuda,” kata Rasulullah dalam mimpi itu.
“Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah.”
BACA JUGA: 4 Syarat Sah Shalat yang Dijelaskan Imam Syafii
“Kamu golongan siapa?”
“Dari golonganmu ya Rasulullah.”
“Mendekatlah kepadaku.”
Imam Syafii mendekati Rasulullah lalu mengambil air liur beliau. Lantas Asy Syafii mengusapkan ke lidah, mulut dan kedua bibirnya. “Setelah itu,” kata Imam Syafii saat menceritakan mimpi tersebut, “aku tidak pernah keliru dalam hadits ataupun syair.” []
SUMBER: KISAH HIKMAH