SELAIN Nabi Muhammad ﷺ, hamba Allah yang sedikit pun tidak ada keraguan dalam keimananannya kepada Allah dan Rasul-Nya adalah Abu Bakar as-Shiddiq. Iman Abu Bakar dibuktikan ketika Nabi Muhammad ﷺ mengabarkan telah diutus untuk Isra Mi’raj oleh Allah dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjid Aqsha (Palestina) lalu dibawa menuju Sidratul Muntaha (batas dan tempat terakhir) di Arsy-Nya. Ketika itu Abu Bakar langsung membenarkan mukjizat tersebut.
Pribadi yang bertakwa haruslah seperti sosok mertua Nabi ﷺ itu. Iman Abu Bakar dibuktikan karena dia selalu mengimani apa saja yang dikabarkan Rasul-Nya. Apapun yang keluar dari lisan Nabi ﷺ pasti benar datang dari Allah SWT. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا يَنۡطِقُ عَنِ الۡهَوٰىؕ
اِنۡ هُوَ اِلَّا وَحۡىٌ يُّوۡحٰىۙ
عَلَّمَهٗ شَدِيۡدُ الۡقُوٰىۙ
ذُوۡ مِرَّةٍؕ فَاسۡتَوٰىۙ
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Melainkan, hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS an-Najm, 53: 2-5).
BACA JUGA: Inilah Kebaikan-kebaikan Abu Bakar As-Siddiq yang Mengaggumkan!
Kekuatan iman Abu Bakar menjadikannya sebagai sahabat pertama yang dipersilakan Nabi untuk masuk surga dari arah pintu mana saja yang ia suka. Dan, hal itu adalah bagian dari kemenangan besar yang beliau dapat, karena keyakinannya kepada Allah dan Rasul-Nya yang begitu luar biasa.
Abu Bakar adalah sahabat yang sangat istimewa. Dia adalah sosok pemerdeka budak Bilal bin Abi Rabbah yang kemudian menjadi seorang muadzin.
Abu Bakar juga selalu berada dalam jajaran sahabat yang paling bertakwa. Ketika suatu Subuh, Rasul bertanya siapa yang sepagi itu sudah berinfak, menjenguk orang sakit, dan berniat puasa. Maka, tidak ada yang menjawab kecuali Abu Bakar. Dan, pengakuan Abu Bakar pun dilakukan dengan anggukan malu, takut riya dan ujub.
Iman Abu Bakar juga dibuktikan ketika Nabi ﷺ meminta para sahabatnya berinfak untuk sebuah kepentingan peperangan di jalan Allah SWT. Khalifah pertama inilah yang menyerahkan seluruh hartanya.
Suatu ketika, Umar bin Khatab pernah merasa dirinya yang kali itu akan unggul dalam amal kebaikan karena beliau menyerahkan separuh harta kekayaannya. Namun ternyata, yang dibawa mertua Nabi ini jauh lebih banyak dari yang dibawa Umar.
Saat ditanya apa yang ditinggalkan untuk istri dan anak-anaknya? Abu Bakar dengan yakin menjawab, “Allah dan Rasulnya telah aku tinggalkan untuk mereka!”
Bukti iman Abu Bakar juga dikisahkan dalam The Golden Story of Abu Bakar As-Shiddiiq karya DR. Ahmad Hatta mengutip Jalansirah. Sepenggal kisah yang membuktikan keimanan Abu Bakar terjadi saat perjanjian Hudaibiyah.
Saat itu, banyak para sahabat yang berpendapat bahwa perjanjian Hudaibiyah merugikan kaum Muslimin. Apalagi setelah melihat penderitaan yang dialami Abu Jandal. Di antaranya adalah Umar bin Khaththab.
Setelah perjanjian tersebut dibuat dan yang tersisa hanya pengesahan dan tanda tangan, Umar mendekati Abu Bakar dan berkata, “Wahai Abu Bakar, bukankah ia adalah Rasulullah?”
“Ya, tentu saja,” jawab Abu Bakar.
“Bukankah kita kaum Muslimin?” tanya Umar kembali.
“Ya, benar.”
“Bukankah mereka orang-orang musyrik?”
“Ya, benar.”
“Mengapa kita menghinakan agama kita?”
“Percayalah kepada Rasulullah, sungguh aku bersaksi bahwa dia adalah Rasulullah.”
“Aku juga bersaksi bahwa dia adalah Rasulullah.”
Kemudian Umar mendatangi Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah engkau adalah seorang Rasul?”
“Ya, benar.”
“Bukankah mereka orang-orang musyrik?”
“Ya, benar.”
“Mengapa kita menghinakan agama kita?”
“Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak akan menyelisihi-Nya dan Dia tidak akan menyia-nyiakanku!”
BACA JUGA: 5 Keutamaan Abu Bakar As Siddiq, Sahabat Sekaligus Mertua Rasulullah
Dialog Abu Bakar dengan Umar di atas menunjukan akan kesempurnaan iman Abu Bakar. Yang mana tidak ada keraguan sedikit pun dalam dirinya kepada keputusan Rasulullah. Bahkan yang sangat luar biasanya jawaban Abu bakar sma dengan jawaban Rasulullah. Padahal keduanya tidak saling menguping dialog satu dengan yang lainnya.
Abu Bakar mampu melihat setiap kebenaran yang diucapkan dan dilakukan Rasulullah, sehingga dia pun membenarkan setiap ucapan dan tindakan Rasulullah.
Itulah beberapa bukti iman Abu Bakar yang prima dan tangguh. Dari kisah Abu Bakar ini kita bisa belajar soal keimananan yang tangguh. Iman tidak hanya diucapkan dalam rangkaian kata, namun juga harus dibuktikan dengan perbuatan yang nyata. Wallahu a’lam. []