IMAM Fudhail bin Iyyadl mengatakan ‘Betapa banyak orang yang melakukan tawaf d baitullah, sementara orang yang jauh darinya justru lebih besar pahalanya’.
Kenapa? Karena niatnya. Ikhlas atau riya?
Jika ikhlas karena Allah maka akan diterima.
Jika riya’ karena pujian manusia atau lainnya maka akan tertolak.
Tanda-tanda ikhlas adalah tunduk pada kebenaran dan menerima nasehat kebenaran dari orang lain.
Syarat yang kedua adalah benar. Amal yang benar akan terwujud dengan mengikuti panduan/petunjuk Rasulullah Muhammad.
Supaya kita bisa mengetahui standar amal yang benar sesuai dengan tuntunan rasulullah, maka harus BELAJAR. Mengkaji Islam secara rutin dan istiqomah sehingga kita akan bisa beramal shalih sesuai dengan standar yang telah di tetapkan Allah dan RasulNya.
Melihat wajah Allah adalah kenikmatan tertinggi di surga. Maka niatkan amalan kita untuk melihat wajahNya.
Sulit?
Mulailah dengan melisankan niat supaya otak bisa memerintahkan seluruh tubuh untuk ikhlas…
TUJUAN TERBESAR SEORANG MUKMIN
Setiap orang punya visi terbesar dalam hidupnya. Baik di dunia ataupun akhirat. Karena melakukan sesuatu tanpa tujuan hanya akan membuat seseorang bingung dengan apa yang dilakukannya.
Husnul khatimah yang menjadi dambaan hakikatnya bisa diraih dengan visi misi hidup yang jelas. Lihat bagaimana ulama dan orang-orang sholih yang namanya tetap harum meski sudah tiada. Mereka adalah orang yang mempunyai visi besar untuk bekal ketika bertemu dengan Rabb mereka.
Sebagai seorang muslim apa visi anda?
Allah Ta’ala berfirman,
{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (QS Yunus:26).
BACA JUGA: Astaghfirullah, Apa Kata Ulama Salaf tentang Penyebab Terhalangnya Melakukan Sholat Malam?
Imam Ibnu Katsir berkata, ”(Kenikmatan) yang paling agung dan tinggi (yang melebihi semua) kenikmatan di surga adalah memandang wajah Allah yang maha mulia, karena inilah “tambahan” yang paling agung (melebihi) semua (kenikmatan) yang Allah berikan kepada para penghuni surga. Mereka berhak mendapatkan kenikmatan tersebut bukan (semata-mata) karena amal perbuatan mereka, tetapi karena karunia dan rahmat Allah.
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa melihat wajah Allah adalah tujuan tertinggi dari semua tujuan. Karena nikmat tertinggi di surga adalah melihat wajah Allah.
Memiliki tujuan besar tersebut akan menambah semangat dan keyakinan bahwa Allah akan menunjukkan jalan menujuNya.
Adapun tujuan yang lain, ingin menjadi orang yang bermanfaat, menolong agama Allah atau menjadi manusia utama itu hanyalah cabang dari tujuan besar tersebut.
Selain itu, disebutkan oleh Ibnu Katsir bahwa bukanlah ilmu ataupun amal yang bisa mengantarkan kita ke syurgaNya melainkan hanya karena rahmat dan ridhoNya saja kita bisa meraihnya.
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim no. 2817).
Setiap visi/ tujuan tentu mempunyai konsekuensi. Bila terasa sulit mulailah dengan sering berdoa meminta agar Allah memudahkan, acap melisankan dan menuliskan tujuan tersebut sehingga otak akan memerintahkan seluruh tubuh supaya setiap nafas dan langkah hanya untuk mengharap wajah Allah saja.
Makna Syahadatain
Syahadatain adalah dua kalimat syahadat
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله
Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah.
Kalimat syahadat adalah syarat pertama untuk menjadi muslim. Ucapan ini tidak cukup hanya dilafalkan melainkan punya konsekuensi dan pembuktian. Kalau hanya sekedar diucapkan orang munafik juga bisa melafalkannya. Atau tidak cukup dengan mengetahui arti/ makna tapi juga harus diamalkan.
Makna kalimat pertama
اشهد ان لا اله الا الله
Maknanya adalah bersaksi atau mengakui dan meyakini bahwa tiada ilah (sesembahan, tempat meminta pertolongan, tempat mengadu dll) melainkan Allah
Kalimat pertama ini yg disebut kalimat tauhid. (Materi sebelumnya). Kalimat ini terdiri dari 2 rukun:
– An-Nafyu: peniadaan (menafikan)
Bahwa laa artinya tidak ada. Meniadakan ilah- ilah lain selain Allah.
– Al-Itsbat: penetapan
(menetapkan)
Yakni Illallah artinya kecuali Allah. Bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah.
Konsekuensinya adalah meyakini dan mengamalkan bahwa hanya Allah satu-satunya zat yang disembah dan diagungkan. Serta menafikan adanya syirik atau sekutu kepada-Nya. (Terdapat dalam QS Al-Baqarah: 256)
Kalimat kedua adalah
واشهد ان محمدا رسول الله
Maknanya bahwa mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah.
BACA JUGA: Mengapa Allah Tidak Memberikan Kemudahan Ibadah? Ini 4 Sebabnya
Konsekuensinya adalah ittiba’ (mengikuti seluruh apa yang dibawanya berupa wahyu dan menjadikan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam sebagai teladan /ukhwatun Hasanah).
Kalimat kedua mempunyai 2 rukun:
– ‘abduhu (seorang hamba)
– Wa rasuluhu (sebagai utusan Allah)
Hikmah Allah mengutus Rasul dari kalangan manusia adalah agar mudah mencontohnya. Karena Rasulullah pun punya hawa nafsu, menikah, buang hajat, makan, tidur dan sebagainya. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak bisa mencontoh beliau.
Sebagaimana malaikat, tentu tidak bisa seorangpun mampu meneladaninya karena mereka tidak diberikan hawa nafsu. Dan tugasnya pun berbeda dengan manusia.
Wallahu a’lam bi showab. []
HABIS