Oleh: Siti Jamilah Hasan
Universitas PTIQ Jakarta, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Semester 6
sitijamilahhasan21@mhs.ptiq.ac.id
PEMAHAMAN terhadap penafsiran pada ayat tamsil dalam Qur’an Surat Ibrahim Ayat 24-25. Allah SWT berfirman:
تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan untuk manusia agar mereka mengambil pelajaran. [14]:25.
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ
Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah ṭayyibah? (Perumpamaannya) seperti pohon yang baik, akarnya kuat, cabangnya (menjulang) ke langit. [14]:24.
Berdasarkan sebuah riwayat, Abdullah bin Umar ra menceritakan bahwa suatu kali kami berada di sekitar Rasulullah ﷺ, dan beliau bertanya, “Beritahu aku tentang sebuah pohon yang menyerupai seorang muslim, yang memberikan buahnya kepada setiap muslim!”
BACA JUGA: Iman kepada Takdir Allah
Putra Umar merasa bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma, namun ketika melihat bahwa Abu Bakar dan Umar diam, dia enggan berbicara. Rasulullah ﷺ kemudian, karena tidak mendapat jawaban dari siapa pun, menyatakan, “Pohon itu adalah pohon kurma.” Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan lain-lain.
Quraish Shihab di dalam Tafsir Al-Misbah mengungkapkan bahwa setelah sebelumnya memberikan perumpamaan tentang amal-amal orang kafir yang seperti debu yang tersebar oleh angin kencang, sekarang diberikan perumpamaan tentang orang-orang mukmin.
Atau, bisa dikatakan bahwa ayat ini menggambarkan surga yang dicapai oleh orang yang taat dan akibat buruk yang dialami oleh yang durhaka.
Ayat ini mengundang siapa pun yang memperhatikan untuk merenung, dengan menyatakan: “Tidakkah engkau melihat bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik? Kalimat itu seperti pohon yang baik, dengan akarnya yang kokoh menancap ke dalam tanah sehingga tidak dapat digoyangkan oleh angin, dan cabangnya yang tinggi menjulang ke langit. Pohon ini memberikan buahnya setiap waktu, dengan seizin Tuhannya, tanpa ada kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang melimpah.” (Tafsir Al-Misbah, Jilid: 7, halaman. 52.)
Allah berfirman kepada Nabi ﷺ, “Tidakkah kamu melihat dengan mata hatimu, wahai Muhammad, sehingga kalian tahu bagaimana Allah membuat sebuah perumpamaan, yaitu: Maksud “kalimat yang baik” adalah iman kepada Allah. Ia seperti pohon yang baik. Buahnya tidak disebut karena dengan menyebut pohon maka pendengarnya sudah mengetahuinya, sehingga tidak perlu disebut “Akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”
la berkata, “Akar pohon ini teguh di dalam tanah, sementara cabangnya (bagian atasnya) ada di langit.” Maksudnya, pohon ini tinggi menjulang ke langit. “Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya” la berkata, “Ia memberi makan dari buahnya”, “Pada setiap musim.” Maksudnya dengan perintah Tuhannya. “Allah membuat perumpamaan- perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Tafsir At-Thabari, Jilid: 15, halaman. 503.)
Sayyid Qutb dalam Tafsirnya Fii Zilalil Qur’an juga mengutarakan bahwa, Kalimat yang baik, yaitu kalimat yang benar, bisa diibaratkan sebagai pokok yang baik yang berdiri kokoh, teguh, dan berbuah. Keteguhannya tidak tergoyahkan oleh angin ribut, tidak terguncang oleh badai kebatilan, dan tidak hancur oleh cangkul kezaliman.
Meskipun terkadang pokok ini terancam oleh bahaya yang bisa menghancurkannya, namun kalimat yang benar tetap tegak tinggi. Ia melihat kejahatan dan kezaliman dari tempat yang tinggi, meskipun terkadang pokok ini terkena serangan kalimat yang jahat dari ruang angkasa.
BACA JUGA: Mari Kita Duduk untuk Beriman Sesaat
Pokok ini selalu berbuah dan tidak pernah berhenti berbuah karena benih-benihnya tumbuh di dalam hati manusia yang semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Sementara itu, kalimat yang buruk, yaitu kalimat yang batil, bisa diibaratkan sebagai pokok yang buruk. Terkadang, ia terlihat subur, tinggi, dan rimbun, sehingga terlihat lebih besar dan lebih kokoh dari pokok yang baik, tetapi sebenarnya pokok ini lemah dan rapuh.
Akarnya tidak terlalu kuat menancap ke dalam bumi, sehingga seolah-olah hanya berada di permukaan tanah dan menunggu waktu untuk terbongkar. Pokok ini tidak memiliki keteguhan dan tidak akan hidup lama. (Tafsirnya Fii Zilalil Qur’an, Juz: 13, halaman. 77.) []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.