Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA
Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh & Anggota Rabithah Ulama dan Duat Asia Tenggara.
Iman merupakan ajaran paling mendasar dan esensial dalam ajaran Islam. Tanpa iman, ajaran Islam lainnya tidak ada makna. Iman mengikat semua ajaran Islam lainnya. Di antara wujud ikatan iman adalah ukhuwwah Islamiah (persaudaraan seagama) dan solidaritas Islam. Dengan dorongan iman maka terwujudlah ukhuwwah Islamiah dan solidaritas sesama muslim sebagaimana yang diperintahkan oleh al-Quran dan as-Sunnah.
Kewajiban Ukhuwah Islamiah
Islam mewajibkan umatnya untuk mewujudkan ukhuwah Islamiah. Allah Swt menegaskan bahwa orang-orang yang beriman itu bersaudara sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara” (Al-Hujurat: 10). Begitu pula Rasul Saw menegaskan bahwa umat Islam itu bersaudara dengan sabda beliau: “Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya”. (HR. Bukhari, Muslim dan at-Tirmizi).
Al-Hafiz al-Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya “Tafsir al-Quran al-Karim” menjelaskan ayat di atas, “Semua orang beriman itu bersaudara dalam agama”. Hal senada juga dijelaskan oleh Imam al-Baghawi dalam kitab tafsirnya “Ma’alim At-Tanzil” dan Imam al-Khazin dalam kitab tafsirnya “Lubab at-Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil” bahwa maknanya adalah bersaudara dalam agama dan al-wilayah (perwalian) atau al-walayah (pertolongan). Imam as-Samarqandi dalam tafsirnya “Bahrul ‘Ulum” menjelaskan ayat di atas, “Kaum muslimin seperti saudara dalam kerjasama dan tolong menolong sebab mereka di atas agama yang satu”.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya “Taysir al-Karim ar-Rahman fii Tafsiir Kalaami al-Mannan” menjelaskan ayat di atas, “Inilah ikatan yang Allah ikatkan di antara kaum mukmin bahwa jika ada pada seseorang di manapun, di timur dan barat bumi, serta ada pada dirinya iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan Hari Akhir, maka sesungguhnya ia adalah saudara untuk kaum mukmin. Persaudaraaan ini mewajibkan kaum mukmin mencintai untuk saudaranya apa saja yang mereka untuk diri mereka sendiri dan membenci untuk dia apa saja yang mereka benci untuk diri sendiri.”
Dalam kitab tafsirnya “Adhwaau Al-Bayan”, Syaikh Muhammad al-Amin bin Mukhtar asy-Syinqiti menjelaskan makna persaudaraan dalam ayat diatas adalah ukhuwwah ad-adiin (persaudaraan agama), bukan ukhuwwah an-nasab (persaudaraan hubungan keluarga). Beliau menjelaskan, “Persaudaran agama lebih agung dan lebih kuat dari persaudaraan hubungan keluarga (nasab) berdasarkan dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah”.
Islam menginginkan agar persaudaraan karena iman atau yang sering disebut dengan ukhuwwah Islamiah itu tidak berhenti sebatas ucapan, namun harus diwujudkan secara nyata dalam sikap dan perbuatan. Dorongan yang mewujudkan semua itu adalah iman. Para ulama telah mendefinisikan iman adalah keyakinan dalam hati (tashdiiqun bil qalbi) yang diucapkan dengan lisan (iqraarun bil lisan) dan diwujudkan dengan perbuatan (amalun bil jawaarih).
Oleh karena itu, ukhuwah Islamiah yang terbentuk karena iman itu wajib diwujudkan dengan sikap dan perbuatan nyata berupa solidaritas terhadap muslim lainnya yang menderita, mencintai sesama muslim, menolong muslim, peduli dan berempati terhadap muslim yang menderita, membela muslim yang tertindas dan terzalimi, dan sebagainya. Ini dikarenakan umat Islam berada dalam satu agama (Islam) dan satu iman (iman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya). Inilah manifestasi dari ukhuwwah Islamiah yang diperintahkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah.
Kewajiban Solidaritas Islam
Allah Swt memerintahkan umat Islam berjihad jika mereka diperangi dan dizalimi oleh orang kafir sebagaimana firman-Nya: “Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh Allah Mahakuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah..” (Al-Hajj: 39-40). Allah Swt berfirman: “Berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah..” (At-Taubah: 41)
Allah Swt menjelaskan ciri-ciri orang yang beriman dengan sebenar iman dalam firman-Nya:“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15).
Rasulullah Saw menggambarkan umat Islam seperti sebuah bangunan yang wajib saling menguatkan satu sama lainnya, sebagaimana sabda beliau: “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Menguatkan satu sama lain berarti saling membantu sesama muslim dan membela saudaranya muslim yang tertindas dan terzhalimi.
Rasul Saw juga menggambarkan umat Islam layaknya satu tubuh sesuai sabda beliau: “Sungguh seorang mukmin bagi mukmin yang lain berposisi seperti kepala bagi tubuh. Seorang mukmin akan merasakan sakitnya mukmin yang lain seperti tubuh ikut merasakan sakit yang menimpa kepala”. (HR. Ahmad). Rasul Saw bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Seperti itulah seharusnya persaudaraan umat Islam. Ukhuwah Islamiah itu harus lebih diutamakan di atas persaudaraan ikatan lainnya, termasuk ikatan keluarga dan nasionalisme. Semua umat Islam di seluruh dunia harus merasa layaknya satu tubuh. Penderitaan yang menimpa sebahagian kaum muslimin di suatu tempat, harus juga dirasakan oleh seluruh umat Islam lainnya. Semua itu tidak lain karena dorongan iman mereka. Persaudaraan mereka adalah persaudaraan karena iman. Ini menunjukkan kualitas keimanan seseorang.
Lebih jauh lagi, Islam memerintahkan umatnya untuk menolong saudaranya muslim yang tertindas dan terzhalimi.
Allah Swt berfirman: “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan agama) maka kalian wajib memberikan pertolongan”. (Al-Anfal: 72).
Rasul Saw bersabda: “Tolonglah saudaramu yang berbuat zhalim dan yang terzhalimi.” Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, saya akan menolongnya jika dia terzhalimi. Tapi bagaimana pendapatmu jika dia berbuat zhalim, bagaimana saya menolongnya? Rasulullah Saw bersabda: “Kamu cegah dia dari perbuatan zhalim maka kamu telah menolongnya.” (HR. al-Bukhari)
Islam memerintahkan umatnya membantu untuk meringankan penderitaan muslim lain. Allah Swt berfirman: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (Ali ‘Imran” 92).
Rasul Saw bersabda: “Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya; Ia tidak boleh menzhalimi saudara, dan tidak boleh menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan barangsiapa yang melapangkan dari seorang muslim suatu kesulitan maka Allah akan melapangkan darinya suatu kesulitan dari kesulitan-kesuliltan pada hari Kiamat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda: “Allah akan menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Bahkan, Nabi Saw mengaitkan keimanan dengan ukhuwah Islamiah dan solidaritas Islam. Nabi Saw bersabda: “Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang di antara kalian sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda: “Barangsiapa yang tidak mementingkan (tidak peduli) dengan urusan kaum muslimin maka dia tidak termasuk golonganku.”. Inilah ancaman bagi orang yang tidak berukhuwah islamiah dan tidak bersolidaritas terhadap umat Islam.
Begitulah kewajiban bersolidaritas terhadap sesama muslim sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk bersolidaritas terhadap saudara-saudara kita yang menderita dengan ikut merasakan penderitaan mereka, peduli dan empati terhadap mereka, menolong memenuhi kebutuhan mereka, dan membela mereka. Begitu pula mencintai apa yang mereka cintai dan membenci apa yang mereka benci. Inilah bukti iman dan ukhuwah Islamiah yang diwajibkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya.
Penderitaan Umat Islam Saat Ini
Saat ini sebahagian saudara-saudara kita umat Islam di berbagai belahan dunia sedang berduka dan menderita. Kondisi saudara-saudara kita di berbagai negara seperti Palestina, Syiria, Irak, Myanmar, Afghanistan dan lainnya sangat memprihatinkan. Mereka dibunuh dan dibantai oleh musuh-musuh Islam. Mereka kehilangan keluarga, harta, dan rumah, bahkan nyawa mereka terancam. Mereka kekurangan makanan, pakaian, selimut dan obat-obatan. Mereka sangat menderita dan mengalami kesulitan hidup yang luar biasa.
Di Myanmar, umat Islam Rohingya dibunuh, disiksa dan dibantai dengan sadis dan biadab oleh militer dan sipil Budha Myanmar. Kehormatan muslimah mereka dilecehkannya. Muslimah diperkosa secara massal sampai mati di depan ayah, suami dan saudaranya. Harta umat Islam dirampas. Rumah dan desa mereka dibakar. Mereka terpaksa mengungsi ke negara tetangga Bangladesh, Malaysia dan Indonesia untuk menyelamatkan diri dari pembunuhan dan pembantaian oleh militer Myanmar yang dibantu oleh sipil Budha. Bahkan mereka tidak diakui kewarganegaraannya. Padahal, mereka memiliki negara sendiri sejak ratusan tahun yang lalu. Lalu datang Budha Burma menyerang dan menjajah mereka sampai hari ini.
Di Syiria, Irak dan Iran, umat Islam dibunuh, disiksa dan dibantai dengan sadis dan biadab oleh Syiah. Rumah-rumah umat Islam dan masjid-masjid dibombardir dengan rudal oleh Syi’ah. Di Syiria, Syi’ah dan komunis Rusia bersatu membantai umat Islam. Pembantaian umat Islam yang dilakukan oleh Syi’ah tidak kalah sadisnya dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi Israel, komunis (Cina dan rusia), Amerika dan Budha Myanmar. Umat Islam Syiria terpaksa harus meninggalkan rumah dan kampung halamannya dan mengungsi ke Turki, Arab Saudi dan negara-negara perbatasan sekitarnya untuk menyelamatkan jiwa. Mereka sangat menderita dan kehilangan segalanya. Tidak ada tempat tinggal, kekurangan makanan, pakaian dan obat-obatan.
Di Palestina, umat Islam dibunuh, dibantai dan diusir oleh Yahudi. Di Afghanistan, umat Islam dibunuh dan dibantai oleh Amerika dan sekutunya negara barat lainnya. Amerika juga membantai umat Islam di Irak ketika menyerang Irak untuk menumbangkan pemimpin muslim Saddam Husein dan lalu menyerahkan Irak kepada sekutunya Syiah. Syiah dan Amerika bersatu membunuh dan membantai umat Islam di Irak. Adapun di beberapa negara Afrika seperti Somalia dan lainnya, umat Islam mengalami bencana kelaparan yang berkepanjangan. Akibatnya, banyak umat Islam yang sakit-sakitan dan meninggal dunia.
Mengingat penderitaan saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia tersebut, maka sudah saatnya kita menunjukkan sikap solidaritas terhadap saudara kita dengan membantu dan membela mereka yang tertindas dan terzhalimi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Inilah panggilan iman yang wajib dilaksanakan oleh orang-orang yang masih mempunyai iman.
Para pemimpin muslim wajib menghentikan pembunuhan dan pembantaian terhadap umat Islam dengan cara militer atau pemutusan hubungan diplomatik dengan negara-negara pembunuh umat Islam dan memberikan sanksi ekonomi. Pemimpin muslim harus membuka pintu jihad dengan mengirim tentara dan rakyat yang mampu berjihad untuk membela saudaranya yang tertindas dan terzalimi.
Jihad merupakan perintah agama yang bertujuan untuk membela agama dan diri umat Islam dari kejahatan musuh-musuh Islam. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, para khalifah khulafaurrasyidin, dan para khalifah setelah mereka ketika umat Islam diperangi dan ditindas. Dengan jihad, umat Islam disegani dan ditakuti oleh musuh-musuh Islam.
Pembantaian terhadap umat Islam yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam tersebut terus terjadi sampai hari ini akibat meninggalkan ajaran jihad yang diperintahkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah sehingga umat Islam menjadi lemah dan hina.
Umat Islam baik pemimpin maupun rakyat wajib membantu saudaranya yang menderita dengan berinfak untuk meringankan penderitaan mereka. Infak itu sangat bermanfaat untuk membeli makanan, pakaian, selimut, tenda/rumah, dan obat-obatan untuk pengungsi. Umat Islam juga berkewajiban berdoa untuk mereka, terutama doa qunut nazilah pada rakaat terakhir setelah ruku’ pada setiap shalat lima waktu agar Allah Swt menolong umat Islam dan menghancurkan musuh-musuh Islam. Rasulullah Saw memerintahkan umat Islam untuk membaca doa qunut nazilah ketika umat Islam dibunuh dan dibantai oleh orang kafir. Selain itu, aksi-aksi solidaritas untuk mengutuk dan menekan negara-negara pembunuh umat Islam agar mereka menghentikan pembunuhan terhadap umat Islam juga wajib dilakukan.
Bagaimanapun juga, umat Islam wajib bersatu membela agama dan saudara-saudaranya yang tertindas dan terzalimi. Kita wajib menunjukkan sikap ukhuwah Islamiah dan solidaritas terhadap saudara-saudara kita yang menderita dan terzalimi. Bila tidak, sikap diam dan ketidakpedulian kita terhadap penderitaan umat Islam ini akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah Swt di akhirat nanti. Semoga Allah Swt menolong umat Islam yang tertindas dan terzhalimi dan menghancurkan musuh-musuh umat Islam. Amin..! []