‘IMRAN bin Hushain merupakan gambaran yang tepat bagi kejujuran, sifat zuhud dan keshalihan serta mati-matian dalam mencintai Allah dan mentaatinya. Walaupun ia beroleh taufik dan petunjuk Allah yang tidak terkira, tetapi ia sering menangis mencucurkan air mata. Dia pernah meratap, “Wahai, kenapa aku tidak menjadi debu yang diterbangkan angin saja!”
Pernah suatu saat beberapa orang shahabat menanyakan pada Nabi, “Ya Rasulullah, kenapa kami ini? Bila kami sedang berada di sisimu, hati kami menjadi lunak hingga tidak menginginkan dunia lagi dan seolah-olah akhirat itu kami lihat dengan mata kepala! Tetapi demi kami meninggalkanmu dan kami berada di lingkungan keluarga, anak-anak dan dunia kami, maka kami pun telah lupa diri?”
BACA JUGA:Â Ini Profil Singkat 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga
Ujar Nabi, “Demi Allah, yang nyawaku berada dalam tangan-Nya! Seandainya kalian selalu berada dalam suasana seperti di sisiku, tentulah malaikat akan menampakkan dirinya menyalami kamu! Tetapi, yang demikian itu hanya sewaktu-waktu!”
Pembicaraan itu kedengaran oleh ‘Imran bin Hushain, maka timbullah keinginannya, dan seolah-olah ia bersumpah pada dirinya tidak akan berhenti dan tinggal diam, sebelum mencapai tujuan mulia tersebut, bahkan walau terpaksa menebusnya dengan nyawanya sekalipun! Dan seolah-olah ia tidak puas dengan kehidupan sewaktu-waktu itu, tetapi ia menginginkan suatu kehidupan yang utuh dan padu, terus-menerus dan tiada henti-hentinya, memusatkan perhatian dan berhubungan selalu dengan Allah Robbul’alamin!
Dan ketika para shahabatnya dan orang-orang yang menjenguknya datang dan menghibur hatinya terhadap penyakitnya itu.
Ia tersenyum sambil berkata, “Sesungguhnya barang yang paling kusukai, ialah apa yang paiing disukai Allah!”
BACA JUGA:Â Dengan Pengetahuan yang Luas, Istri Nabi Ini Menjadi Tempat Rujukan Para Sahabat Senior
Dan sewaktu ia hendak meninggal, wasiatnya kepada kaum kerabatnya dan para shahabatnya, ialah: “Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, maka sembelihlah hewan dan adakanlah jamuan… !”
Memang, sepatutnyalah mereka menyembelih hewan dan mengadakan jamuan. Karena kematian seorang Mu’min seperti ‘Imran bin Hushain bukanlah merupakan kematian yang sesungguhnya! Itu tidak lain dari pesta besar dan mulia, di mana suatu ruh yang tinggi yang ridha dan diridhainya diarak ke dalam surga, yang besarnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-rang yang taqwa. []
Sumber: Karasteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah/ Penulis: Khalid Muh. Khalid/ Penerbit: Cv. Diponegoro Bandung