JAKARTA— Indonesia akan kembali menjadi tuan rumah halaqah (pertemuan) ulama ASEAN yang akan diselenggarakan pada 17-19 Oktober di Jakarta.
Menurut Ketua Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abdurrahman Mas’ud, kegiatan ini menitik beratkan kepada isu moderasi dan pendidikan Islam melalui jaringan pesantren ASEAN.
“Tujuan pertemuan ini pertama, pengembangan Islam moderat. Kedua, penguatan daya saing lembaga pendidikan Islam di ASEAN. Ketiga, membuat model lembaga pendidikan Islam yang kompetitif, mampu merespon tantangan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” ujarnya, pada hari Jumat (13/10/2017) kemarin.
Dia mengatakan, pesantren dan lembaga pendidikan Islam di Indonesia bisa menjadi contoh karena memiliki daya saing untuk berkompetisi di kancah internasional.
“Salah satunya MAN Insan Cendikia Serpong di mana lulusannya banyak diterima di luar negeri dengan standar bahasa yang baik,” ujarnya.
Ketua Pusat Litbang dan Diklat Kementerian Agama Amsal Bakhtiar menerangkan bahwa, pertemuan ulama ASEAN tahun ini diharapkan lebih istimewa karena didahului penelitian tentang pesantren dan lembaga pendidikan yang memiliki kemandirian di bidang ekonomi, baik di Indonesia maupun ASEAN.
“Beberapa pesantren di Indonesia mampu mandiri secara ekonomi dan mendorong jiwa wiraswasta kepada para santrinya seperti Pesantren Gontor dan Pesantren Sidogiri,” jelas dia.
Di negara ASEAN lainnya, lanjut dia, lembaga pendidikan Islam juga mampu berjalan lewat usaha sendiri, terutama di negara-negara yang muslimnya minoritas, seperti Kamboja dan Filipina.
“Kita juga akan mengundang Majelis Ulama Myanmar untuk menjelaskan pendidikan Islam di sana,” ujar dia.
Menurut Amsal, pertemuan akan diikuti 12 negara, yaitu 10 negara ASEAN dan 2 dari Tiongkok dan Timor Leste.
“Kita bisa belajar masing-masing karena tidak mungkin kita berdiri sendiri,” ucapnya.
Pertemuan tersebut menghasilkan rekomendasi di antaranya mensosialisasikan Islam Wasathiyah (moderat) dan membuat program bersama guna meningkatkan kemandirian lembaga pendidikan Islam di ekonomi dan sosial budaya.[]