SERINGKALI orang tua baru bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak. Bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi.
BACA JUGA: Tips Pilih Mainan untuk Anak Sesuai Umurnya
Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.
Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat.
Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.
Anak merupakan aset orangtua yang harus di jaga dan di rawat dengan baik. Karena anak yang nantinya akan meneruskan langkah orangtua dan mewujudkan keinginan orangtua. “Mewujudkan keinginan” disini bukan berarti anak harus menuruti semua keinginan orangtua dan yang nantinya akan mengenyampingkan hak anak. Maksudnya disini orang tua sebatas mengarahkan mana yang baik dan tidak, bukan terlalu mengkekang atau sampai merampas hak anak, anak juga memiliki hak untuk menolak dan menerima sesuatu.
BACA JUGA: Ciri-Ciri Anak Anda Alami Depresi
Orangtua juga harus mengerti apa keputusan anak, orangtua tidak bisa memaksakan kehendak anak karena setiap anak memiliki karakter yang beraneka ragam, memiliki potensi dan bakat yang berbeda-beda. Orangtua tentu menginginkan apa saja yang terbaik untuk anak, agar anak bisa pintar, cerdas dan sukses, orangtua akan mengusahakan apapun untuk itu semua. []