SETIAP manusia pasti pernah mengalami mimpi yang baik atau buruk. Namun tidak semua manusia mendapatkan mimpi yang benar karena pada dasarnya seseorang yang mendapatkan kebenaran dalam mimpinya mereka yang sudah mengkuti langkah-langkah orang bertakwa.
Ibnu Qayyim Rahimallah berkata: “Siapa saja yang ingin agar mimpinya benar, hendaklah ia berlaku benar, makan hanya dari yang halal serta menjaga semua perintah dan larangan. Ia harus tidur dalam keadaan suci sempurna, menghadap kiblat lalu berdizikir kepada Allah sampai tertidur. Jika demikian yang ia lakukan, sungguh mimpinya tidak akan berdusta sama sekali. Sedang mimpi yang paling jujur dan benar adalah yang terjadi pada waktu menjelang fajar. Sebab saat itu adalah waktu turunnya illahi (ke langit dunia), dekatnya rahmat dan ampunan serta saat tenangnya segenap setan. Sebaliknya, mimpi yang paling dusta adalah yang terjadi pada waktu shalat isya. Sebab ketika itu setan-setan bergentayangan dan ruh-ruh jahat berkeliaran.”
BACA JUGA: Apakah Anda Seorang Pemimpin?
Mimpi pada waktu menjelang fajar sebagai mimpi yang benar dan demikian yang terjadi pada umumnya adalah berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim Rahimallah tidak berdasarkan pada hadits Abu Sai’d karena hadits yang dikatakannya bertolak belakang dan dha’if.
Jadi agar mimpi seorang Mukmin benar dan jujur hendaknya ia bertakwa kepada Allah, baik di waktu sunyi maupun terang-terangan. Ia hendaknya berlaku benar dalam segala keadaannya , selalu menjaga adab tidur, membaca do’a-doa’ ajaran Rasulullah SAW sebelum tidur serta beberapa wirid yang membentenginya dari godaan syeitan. Disamping itu pula harus menjaga keseimbangan tubuh, sehingga tidak terlalu kenyang atau lapar.
Lalu, ia juga harus bersungguh-sungguh dalam berdo’a kepada Allah, sehingga menjadikannnya di antara golongan orang-orang yang bertakwa dan jujur, baik dalam keadaan jaga maupun tidur.
BACA JUGA: Misteri Tafsir Mimpi
Itulah, adab terpenting sehingga mimpi seorang Muslim menjadi benar, serta layak untuk diperhatikan dan ditakwilkan. Jika tidak maka melupakannya lebih baik daripada berusaha payah mencari ta’birnya.[]
Sumber: Petunjuk Nabi tentang Mimpi/ Ahmad bin Sulaiman/ Darul Falah