MENDENGAR hadits Rasullullah SAW, dimana beliau bersabda bahwa penghafal Al-Quran akan memberi safaat kepada orang tua di akhirat, menjadikan Azzam, 22, termotivasi menghafal Al-Quran.
“Orang tua akan dipakaikan mahkota kemuliaan, penghafal Al-Quran akan dianggap sebagai keluarga Allah SWT. Karena itulah kita berupaya ingin menjadi seorang hafidz. Keutamaannya sangat luar biasa hingga Allah SWT muliakan kita di dunia sekalipun apalagi di akhirat,” kata Azzam.
Menurutnya tantangan bagi seorang penghafal Al-Quran adalah tidak istiqomah menghapal Al-Quran. Ia menyebutkan bahwa istiqomah sering disebut sebagai sebuah mukjizat. Di mana para ulama juga sering mendapati dirinya dalam kemalasan dan kekurangan semangat. Itulah yang membunuh rasa semangat menghapal dan mempelajari.
“Para ulama itu apabila mereka mendapati diri dalam kemalasan, maka mereka selalu memperbaharui niatnya, lalu mereka berteman dengan para orang saleh dan menjauhi maksiat sehingga Allah SWT memberikan kesemangatan kembali kepada ruhnya,” katanya.
Dalam kesehariannya, Azzam adalah pengajar anak-anak disekitar rumahnya di Aceh. Dua tahun lalu, ia datang ke Purwakarta atas perintah Sang Ibu. Awalnya ia juga tak tahu maksud Sang Ibu mengajaknya ke Purwakarta. Tapi Ternyata Azzam akhirnya mengikuti tahfidz tersebut.
“Sekarang sudah masuk juz 28,” kata Azzam.
Ia beujar bahwa cita-citanya setelah mengikuti acara tahfidz ini adalah ingin menjadi orang yang selalu berorientasi untuk akhirat dan menjadi orang saleh.
Tahfidz Al-Quran tersebut diselenggarakan oleh beberapa yayasan di antaranya Kutab Al-Fatih Purwakarta dan SPU Purwakarta. Program itu diselenggarakan di pesantren Adh-Dhuha Purwakarta. Pesantren tahfidz dimulai sepuluh hari sebelum Ramadhan 2014.[]