SELAMA sebulan menjalankan puasa, tentu diri kita merasakan suasana yang tak biasa. Di mana, kita dituntut untuk senantiasa menahan lapar dan haus di siang hari, hingga akhirnya baru bisa kembali makan dan minum itu di malam hari. Hal tersebut merupakan suatu perjuangan dan tantangan kehidupan. Kita diuji agar sampai pada titik kemenangan.
Akhirnya, kini telah kita selesaikan tantangan itu. Hari kemenangan telah kita lalui, dan kita membuktikan keberhasilan dalam menjalankan puasa sebulan penuh tersebut. Namun, apakah puasa yang telah dilakukan itu diterima sebagai amal ibadah baik kita di sisi Allah?
Orang mengatakan, “Siapa menanam pohon dengan harapan menikmati buahnya, maka ia harus menyiraminya secara teratur pada saat-saat tertentu. Dan terserapnya air dibuktikan dengan hijau daunnya. Ketika pohon itu subur sekian lama, kemudian dilanda kekeringan daunnya akibat panas matahari, maka dengan demikian terlihat jelaslah bahwa adanya daun kekeringan adalah akibat pohon tersebut tidak lagi menyerap air. Dan apabila ia menyerap air, pasti tidak sampai daunnya kekeringan.
Demikian pula keadaan manusia pada bulan Ramadhan ia segera berpuasa, shalat dan beramal kebaikan lainnya dengan harapan dapat diterima amalnya berkat Ramadhan. Sedangkan tanda-bukti bahwa amalnya diterima ialah nanti sehabis bulan Ramadhan ia tetap aktif beramal dan beribadah kepada Allah SWT,” (Hayatul Qulub).
Jadi, kita sendiri pun dapat mengetahui apakah puasa yang telah dilakukan itu diterima atau tidak. Itu terlihat dari amal ibadah kita saat ini. Apakah sama baiknya saat kita menjalankan puasa di bulan Ramadhan, atau mungkin sebaliknya.
Namun tak ada yang tak mungkin jika kita memperoleh kebaikan dari sisi Allah SWT, jika kita mau berusaha untuk memperbaiki diri. Orang yang kini mampu memperbaiki dirinya dengan lebih baik lagi, yang senantiasa menjalankan amal ibadah hanya untuk-Nya, insha Allah, puasa sebulan penuh itu akan diterima oleh Allah SWT. Yang pasti, jangan pernah lewatkan kesempatan untuk selalu beribadah kepada Allah, kapan pun dan di mana pun. Jika kita memperhatikan perintah-perintah-Nya, maka Allah pun akan memperhatikan kebutuhan kita. Dengan begitu apa pun yang kita inginkan baik di dunia maupun akhirat, insha Allah, Allah akan mengabulkannya, selagi kita tidak bermaksiat kepada-Nya. []
Sumber: Tarjamah Duratun Nasihin/Karya: Ust. Abu H.F. Ramadlan BA/Penerbit: Mahkota Surabaya