DALAM riwayat Imam Bukhari, diceritakan suatu saat ketika sedang duduk, Rasulullah SAW didatangi seseorang. Rasul bertanya kepadanya, “Siapa Anda?” Ia pun menjawab, “Saya Iblis.” Rasul bertanya lagi apa maksud kedatangannya. Iblis menceritakan bahwa kedatangannya atas izin Allah untuk menjawab semua pertanyaan dari Rasulullah SAW.
Intinya Rasulullah bertanya: “Ada berapa teman-temannu dari golongan umatku?” Iblis menjawab, “Teman-teman saya dari golongan umatmu, ya Muhammad, ada sepuluh orang.” Mereka merupakan teman-teman iblis dari dunia sampai ke neraka. Siapa mereka?
BACA JUGA: Iblis di Balik Berhala Pertama dalam Sejarah Manusia
Shaahibu ar-riya’, orang yang riya’, beramal cuma untuk pamer, dipuji orang, dilihat orang
Imam Ghazali berkata, “Manusia pada hakikatnya mati, kecuali orang alim. Orang alim sekalipun hidup hakikatnya tidur, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, kecuali orang yang ikhlas.”
Akilu maal al-yatiim, orang yang memakan harta anak yatim
Orang yang memakan harta anak yatim secara zalim merupakan teman setan. Sebaliknya, orang yang melindungi anak yatim, kata Nabi: “Seperti dua jari ini dengan aku di akhirat nanti”, dekat derajatnya dengan Rasul.
Al-mutahaawinu bi al-shalah, orang yang menganggap enteng shalat
Pada dasarnya, agama itu mudah, jangan dipersulit. Tapi juga jangan dipermudah. Agama itu tidak berat. Jangan diberat-beratin, tapi juga jangan dienteng-entengin. Apalagi salat merupakan tiang agama. Bagaimana rumah akan tegak tanpa tiang yang kuat.
Maani’uz-zakaah, orang yang enggan membayar zakat
Nabi berkata, “Bersihkan hartamu dengan zakat.” Jadi barangkali bercampur harta itu dengan sedikit yang tidak baik, bercampur dengan yang kotor, zakat itu membersihkannya.
Man yuthiilu al-amal, orang yang terlalu panjang angan-angannya
BACA JUGA: Dialog Nabi Isa dan Iblis
Tidak pernah mau berbuat. Hanya angan-angannya saja yang terlewat panjang. Orang bukan tidak boleh bercita-cita. Bahkan, cita-cita yang mendorong kita untuk bergairah dalam kehidupan, tetapi cita-cita yang harus disertai langkah konkret.
Nah, itu tadi sepuluh teman-teman setan, mari kita berusaha jangan termasuk salah satu di antara sepuluh orang tersebut. Caranya menurut Imam Ghazali dengan memperbanyak dzikrullah, jangan mendekati tempat maksiat, dan selalu ingat tujuan iblis dan setan adalah menjerumuskan manusia, sehingga kita berusaha untuk mengerem dan menjaga diri. Pada akhirnya dengan harapan terwujud insan kekinian yang berpegang teguh dengan prinsip Islam yang kaffah. Wallahu a’lam. []