PADA intinya, hubungan antara suami dan istri bisa dilakukan kapan saja. Namun ada dua kondisi yang mengharamkan hubungan ini dilakukan menurut Islam. Apa saja?
Hubungan saat isteri dalam keadaan haid
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allâh kepadamu. Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah/2: 222)
BACA JUGA: Berapa Kali dalam Sepekan Suami Istri Berhubungan?
Larangan berhubungan ketika istri dalam keadaan haid sudah jelas sekali dalam Al-Quran. Saat sedang menstruasi terjadi peluruhan dari lapisan endometrium (Lapisan dinding rahim bagian dalam) yang mengandung berbagai protein serta asam amino. Namun jika ternyata tidak terjadi pembuahan, maka endometrium tersebut bisa menjadi media sangat baik bagi pertumbuhan penyakit. bisa dipastikan kuman penyakit yang masuk endometrium ini masuk melalui vagina. Selain Vagina, penis juga bisa membawa kuman penyakit dari luar.
Perlu diketahui bahwa darah haid merupakan medium yang sangat baik untuk perpindahan virus atau bakteri penyebab penyakit kepada suami.
Saat sedang haid, vagina dipastikan dalam kondisi yang sangat sensitif. Jika dipaksakan terjadi penetrasi, biasanya istri akan merasa kesakitan dan perih karena terkoyak. Jika sudah begini maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhan.
Para pakar kesehatan sendiri mengatakan, saat terjadi penetrasi dikhawatirkan akan ada udara masuk ke dalam rahim sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan bisa mengantar pada kematian.
Hubungan lewat jalan belakang
Dari Abi Hurairah Radhiallahu’anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Dilaknat orang yang menyetubuhi wanita di duburnya”. (HR Ahmad, Abu Daud dan An-Nasai)Dari Amru bin Syu’aib berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Orang yang menyetubuhi wanita di duburnya sama dengan melakukan liwath (sodomi) kecil,” (HR Ahmad).
Bagian belakang tidak dirancang untuk berhubungan biologis, sehingga masalah kesehatan akan sangat banyak timbul jika melakukannya. Hubungan lewat belakang juga tidak pernah dianggap sebagai perilaku yang aman.
Berikut 4 bahaya ketika melakukan hubungan melalui jalan belakang, seperti dilansir Menshealth dan Netdoctor, yaitu:
1. Rasa sakit dan rasa tidak nyaman pada jalan belakang
Bila dibandingkan vagina, struktur jalan belakang jauh lebih ketat. Bila pria memberikan tekanan yang kuat saat melakukan hubungan pada jalan belakang, maka hal tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri, sakit, tidak nyaman atau bahkan lecet hingga menyebabkan sakit saat buang air besar.
2. Tak ada pelumasan atau lubrikasi di dubur
Tidak seperti organ reproduksi wanita atau vagina yang diciptakan untuk dapat melubrikasi dirinya sendiri saat merasa terangsang, pada jalan belakang hal tersebut tidak terjadi. Ini juga dapat menyebabkan hubungan seks anal semakin menyakitkan.
BACA JUGA: Jima yang Sehat Itu Dimulai dari …
3. Mudah menyebarkan penyakit menular seksual
Seks anal jelas akan menimbulkan banyak penyakit menular seksual (PMS), itu sudah tidak diragukan lagi. PMS yang bisa menular melalui hubungan seks anal antara lain human immunodeficiency virus (HIV), human papilloma virus (HPV, yang dapat menyebabkan kutil kelamin, kanker dubur, hepatitis A dan C, chlamydia, gonorrhea dan herpes.
4. Tertular virus dan bakteri berbahaya
Kurangnya pelumasan pada hubungan seks anal bisa menyebabkan lecet pada penis dan mukosa dubur, sehingga mudah menularkan virus. Selain penyakit menular seksual, hubungan seks anal juga dapat menularkan virus dan bakteri tertentu, seperti Escherichia coli (E. coli). Penularan bakteri ini dapat menyebabkan yang ringan dan parah seperti gastroenteritis (penyakit infeksi usus yang sangat menular). Beberapa strain E. coli (E. coli uropathic) juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, mulai dari cystitis (radang kandung kemih) hingga pielonefritis (infeksi ginjal serius akibat bakteri). []