BERKALI-KALI Rasulullah SAW, menyebut amal yang utama. Kadang beganti-ganti urutan maupun esensinya. Kali ini Rasulullah SAW, menyebut jihad, shalat tepat waktu, dan berbakti kepada orang tua adalah yang utama. Ketigannya mempunyai kedudukan yang sama. Orang yang berbakti kepada orang tua laksana dia tengah pergi berjihad.
Pernah seorang sahabt mendaftarkan diri ingin pergi berjihad dengan Rasulullah SAW. Lalu beliau menanyakan apakah masih punya orang tua yang harus diurus. Anak muda itu menjawab, ya. Maka Rasulullah SAW, menyuruhnya kembali kepada orang tuanya dan disuruh mengurus mereka. Perbuatan tersebut sama nilainya dengan berjihad.
Kesamaan ketiga perbuatan di atas adalah dari segi pahalanya. Namun ketigannya merupakan suatu kewajiban yang terpisah. Artinya, jika sedang dibuthkan tenaga untuk berjihad tidak boleh kita untuk menolaknya dengan dasar bahwa kita sudah berbakti kepada orang tua. Ketika seseorang tidak shalat, ia serta merta menjawab “ Saya kan sudah berbakti kepada orang tua, jadi nggak perlu shalat”. Ditambah pulas dosa menyalahkan atau menjadikan kambing hitam dosa lain.
Apabila saat ini tidak ada jihad berperang di jalan Allah maka keutamaan umat sekaang menjadi kurang dibanding umat zaman dahulu. Mereka dapat berjihad bersama Rasulullah, para sahabat atau generasi penerusnya. Dengan demikian untuk mengejar ketertinggalan pahala tersebut kita orang zaman sekaang harus mempertinggi kualitas dari dua yang lain.
Pengalaman shalat tepat waktu dan berbakti kepada kedua orang tuaharus jauh lebih baik dari oang zaman dahulu. Jika mereka punya tiga amal masing-masingnilainya 100 berarti mereka punya 300 nilai. Jika kita ingin menyamai amal mereka, sedangkan kita hanya punya dua amal harus diusahakan agar kedua amal tersebut bernilai 150. Dengan demikian kita bisa menyamai dan bersama mereka di surga kelak. []
Sumber: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007