JAKARTA—Anggota Komisi XI dari Fraksi Gerindra Heri Gunawan, memberikan tiga tip atau saran kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi nilai tukar rupiah yang kini bergerak ke level Rp14.920 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 105 poin atau 0,70 persen.
Saran pertama, menurut Heri pemerintah perlu memotong anggaran belanja secara signifikan dan menurunkan defisit anggaran agar secara signifikan menurunkan prospek defisit current account dan memberikan imunitas pada ekonomi.
BACA JUGA: Nilai Rupiah Amblas, Fahri Hamzah: Bukan Salah Tim Ekonomi
Kedua, dia mengingatkan bahwa defisit fiskal pernah mencapai level tertinggi pada kwartal III tahun 2015 yakni sebesar 6 persen dan kwartal I tahun 2016 sebesar 4,3 persen. Namun, sektor privat masih surplus pada saat itu.
Terakhir, pemerintah perlu menyesuaikan belanja negara dengan lebih tepat sasaran. Bila perlu, fiscal balance bisa surplus di kwartal III atau IV untuk menjaga defisit current account tetap terkendali.
“Itu tiga kebijakan yang disarankan kepada pemerintah terkait nilai tukar rupiah yang jatuh ke level nyaris Rp15.000 terhadap dolar, terendah sejak krisis 1998,” kata Heri, Selasa (4/9/2018).
Berdasarkan data Reuters per Selasa (4/9/2018) siang, nilai rupiah tersebut nyaris mencapai Rp.15.000. Harry pun memberikan sejumlah catatan seputar nilai tukar rupiah yang merosot itu, antara lain Indonesia mengalami defisit ganda.
Defisit ganda itu terlihat dari defisit neraca berjalan sebesar US$8 miliar sampai Juli, sementara utang telah mencapai 34 persen dari produk domestik bruto (PDB). Kemudian, nilai tukar rupiah telah turun sebesar 8,7 persen sejak awal 2018, padahal Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga sebesar 125 basis poin sejak Mei.
Heri menilai intervensi Bank Indonesia membuat cadangan devisa turun sebesar 10,5 persen menjadi US$111,9 miliar. Dia berpendapat, penguatan dolar AS menimbulkan kekhawatiran terhadap kemampuan Indonesia membayar utang dalam dolar AS.
“Kerawanan rupiah dipicu oleh melemahnya ekspor dan tingginya pertumbuhan utang untuk membiayai defisit,” ujarnya.
BACA JUGA: HIPMI: Nilai Tukar Rupiah Sudah Masuk Lampu Kuning
Heri berkata penyebab utama tekanan terhadap nilai tukar rupiah ialah kebijakan pemerintah yang kurang realistis sehingga menimbulkan double deficit yakni trade deficit dan financial deficit.
Selain itu, liarnya pergerakan nilai tukar rupiah disebabkan oleh beberapa faktor subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin tinggi, membanjirnya impor, pembiayaan infrastruktur dalam mata uang asing, dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibiayai utang. []
SUMBER: CNN